Daftar Isi:
  • Sekitar 60% anak autisme mempunyai masalah pencernaan yang kurang baik. Gejala-gejala yang terlihat pada anak yang menderita autis adalah diare atau konstipasi yang susah diatur. Sebuah studi yang dilakukan oleh A.J Russo dan Kyle Andrews, dengan alat bantu kuisioner, membandingkan kejadian konstipasi pada anak autis dan kelompok kontrol (non-autistic) sebanyak 187 orang didapatkan 33% pada anak autis mengalami konstipasi sedangkan pada kelompok kontrol (non-autistic) hanya 13% yang menderita konstipasi (Russo et al, 2010). Serat sebagai zat yang mampu membantu mengurangi masalah pencernaan oleh sebagian peneliti dianggap juga mampu membantu mengatasi permasalahan konstipasi pada anak autis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan serat dengan kejadian konstipasi yang dialami oleh anak Autisme di Pusat Layanan Autis kota Malang.Rancangan ini bersifat Cross-sectional dengan metode purposive sampling pada sampel yang berjumlah 17 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner kriteria ROMA III untuk kejadian kostipasi dan SQ-FFQ untuk konsumsi serat. Analisa Bivariat menggunakan Fisher exact.Hasil analisis data didapatkan 35,3% responden memiliki riwayat frekuensi BAB sebanyak 1 x sehari 17,6% sebanyak 2x seminggu, dengan sebagian besar responden 88,2% dengan konsistensi feses tidak begitu keras tidak begitu lembek 5,9% dengan konsistensi feses keras. Data kecukupan asupan serat didapatkan 82,4% anak dalam kategori asupan kurang, 17,6% anak berada pada kategori asupan cukup dengan kejadian konstipasi menurut kriteria ROMA III sebagian besar 76,5% anak tidak mengalami konstipasi dan 23,5% anak mengalami konstipasi. Anak yang mengkonsumsi suplemen probioik sebanyak 52,9%, tidak mengkonsumsi suplemen probiotik 47,1%.Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara asupan serat dengan kejadian konstipasi (p = 0,541).Perlu dilakukan kajian lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konstipasi pada anak autis