Daftar Isi:
  • Gizi lebih adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu kesehatan. Ditinjau dari pola makan, remaja merupakan kelompok yang peka terhadap pengaruh lingkungan luar seperti maraknya iklan fast food yang umumnya mengandung kalori tinggi, kaya lemak, tinggi natrium dan rendah serat. Pola makan yang tinggi kalori dan aktifitas fisik yang kurang berperan penting terhadap terjadinya peningkatan prevalensi obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi konsumsi fast food dan konsumsi energi total terhadap kejadian gizi lebih pada remaja putri di SMA Negeri 3 Malang. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain cross-sectional. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data status gizi diperoleh dari pengukuran berat badan dan tinggi badan, frekuensi konsumsi fast food diperoleh dari hasil wawancara menggunakan FFQ sedangkan untuk konsumsi energi total diperoleh dari 24-H recall. Analisa data menggunakan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan 78,1% responden tergolong gemuk, 87,5% responden sering mengkonsumsi fast food, dan 81,2% responden tergolong asupan energi baik. Berdasarkan uji korelasi Pearson diperoleh tidak ada hubungan frekuensi konsumsi fast food dengan kejadian gizi lebih (p=0,463) dan ada hubungan konsumsi energi total dengan kejadian gizi lebih (p=0,049). Kesimpulan: tidak terdapat hubungan frekuensi fast food dengan kejadian gizi lebih dan terdapat hubungan konsumsi energi total dengan kejadian gizi lebih. Saran: dilakukan penimbangan berat badan secara rutin, menyelanggarakan senam pagi bersama, menambah kegiatan ekstrakulikuler seperti tenis dan basket, serta memeberikan penyuluhan terkait jenis fast food yang sering di konsumsi.