Pengaruh Ekstrak Alpukat (Persea Americana) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Proses Penyembuhan Luka Pasca Pencabutan Gigi Rattus Norvegicus
Daftar Isi:
- Tindakan pencabutan gigi tidak lepas dari terbentuknya sebuah luka. Adanya perlukaan pada jaringan selalu diikuti proses penyembuhan luka. Salah satu faktor yang berpengaruh pada proses penyembuhan luka adalah sel makrofag. Sel makrofag, selain berperan sebagai fagositosis juga berperan dalam pembentukan jaringan granulasi yang lebih cepat sehingga proses penyembuhan luka akan berlangsung lebih cepat. Di negara tropis seperti Indonesia, tanaman buah alpukat ( Persea americana ) mudah ditemukan. Alpukat ( Persea americana ) mengandung beberapa senyawa seperti saponin, alkaloida, dan flavonoid. Adanya kandungan flavonoid dapat memberikan efek sebagai imunostimulan yang dapat mengaktivasi makrofag. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak alpukat ( Persea americana ) terhadap jumlah sel makrofag pada penyembuhan luka pasca pencabutan gigi Rattus norvegicus. Metode penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental murni (pure experimental) yang menggunakan metode Randomized Post Test Only Control Group Design. Hewan coba berjumlah 24 ekor dan dibagi menjadi 4 kelompok (I sampai IV) masing-masing 6 ekor tikus. Kelompok I adalah tikus yang tanpa pemberian ekstrak alpukat (kelompok kontrol) dan kelompok II (150mg/kgBB ekstrak alpukat), kelompok III (300mg/kgBB ekstrak alpukat) dan kelompok IV (450mg/kgBB ekstrak alpukat) per oral dengan sonde setiap hari sekali selama 3 dan 7 hari. Untuk mengetahui jumlah sel makrofag pada soket gigi tikus pasca pencabutan dilakukan penghitungan secara manual melalui preparat histologis dengan pewarnaan Hematotoksilin Eosin menggunakan mikroskop cahaya pada perbesaran 400x per 10 lapang pandang. Hasil uji statistik pada hari ke-3 menunjukkan terdapat perbedaan jumlah sel makrofag pada soket gigi antar kelompok (ANOVA, p = 0,00) dan terdapat hubungan yang kuat atau korelasi arah positif antara dosis ekstrak alpukat dengan jumlah sel makrofag pada soket gigi tikus (r = 0,684). Untuk hasil uji statistik pada hari ke-7 menunjukkan terdapat perbedaan jumlah sel makrofag pada soket gigi antar kelompok ( Krusskal-Waiss , p = 0,969) dan terdapat hubungan yang lemah atau korelasi arah negatif antara dosis ekstrak alpukat dengan jumlah sel makrofag pada soket gigi tikus (r = -0,043). Kesimpulan dari penelitian ini adalah, pada hari ke-3 semua dosis pemberian ekstrak alpukat dapat meningkatkan jumlah sel makrofag pada soket gigi tikus pasca pencabutan dan pada hari ke-7 terjadi penurunan jumlah sel makrofag.