Daftar Isi:
  • Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi nosokomial dan resisten terhadap beberapa obat antibiotika, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan antimikroba alternatif. Salah satunya batang kayu secang yang memiliki kandungan flavonoid, terpenoid, dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekstrak batang kayu secang sebagai antimikroba terhadap Klebsiella pneumoniae. Metode yang digunakan adalah dilusi tabung yang terdiri dari tahap penentuan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM). Ekstrak batang Kayu Secang dibuat dengan ekstraksi maserasi menggunakan etanol 96%. Konsentrasi ekstrak yang digunakan yaitu 17,5%, 16,25%, 15%, 13,75% dan 12,5%. Hasil statistik one-way ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada perubahan konsentrasi ekstrak etanol 96% batang kayu secang terhadap jumlah koloni Klebsiella pneumoniae (p=0,000).Pada pengujian berganda (Multiple Comparasions) terdapat perbedaan jumlah koloni yang bermakna antara semua kelompok jika dibandingkan satu per satu terhadap konsentrasi 0% (p<0.05). Namun tidak terdapat perbedaan jumlah koloni yang bermakna antara konsentrasi 12,5% dengan konsentrasi 13,75% (p=0.006). Yang berarti antara dosis 12,5% dan 13,75% tidak terdapat penurunan dosis yang bermakna (p>0.05). Uji korelasi menunjukkan adanya hubungan antara konsentrasi ekstrak dengan jumlah koloni (Korelasi, R = -0,978; p=0,001) yang artinya semakin tinggi dosis / konsentrasi ekstrak etanol batang kayu secang, maka semakin rendah jumlah koloni bakteri. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak batang kayu secang mempunyai efek antimikroba terhadap Klebsiella pneumoniae secara In Vitro dengan Kadar Hambat Minimum (KHM) yang tidak diketahui karena tingkat kekeruhan yang relatif sama dalam tabung dilusi dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) adalah 17,5%.