Daftar Isi:
  • Pemberian makan pada anak batita dalam prakteknya tidaklah sederhana, karena pada usia anak setelah satu tahun, pra sekolah sampai usia sekolah rata-rata terjadi perubahan nafsu makan dan asupan makan yang menurun. Gejala kesulitan makan pada anak sangat bervariasi dan biasanya lebih dari satu gejala, dari memilih makanan tertentu, membatasi jumlah asupan makanan, sampai terjadi gangguan makan yang akan berpengaruh pada gangguan status gizi. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara pola asuh makan dan kesulitan makan dengan status gizi batita (umur 1-3 tahun). Desain penelitian adalah observasional deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional . Jumlah subjek penelitian 106 batita yang terpilih dari posyandu. Pengumpulan data pola asuh makan dan kesulitan makan menggunakan kuesioner. Data status gizi menggunakan hasil pengukuran antropometri langsung pada batita. Uji yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh makan dan kesulitan makan dengan status gizi adalah uji Spearman dengan α 0,05. Hasil penelitian menunjukkan ada korelasi positif yang bermakna antara pola asuh makan dengan status gizi BB/U ( p<0,05, r=0,69 ),TB/U ( p<0,05, r=0,258 ), BB/TB ( p<0,05, r=0,44 ). Dan ada korelasi positif yang bermakna juga antara kesulitan makan dengan status gizi BB/U ( p<0,05, r=0,998 ), TB/U ( p<0,05, r=0,286 ), BB/TB ( p<0,05, r=0,692 ). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh makan dan kesulitan makan dapat mempengaruhi status gizi anak usia 1-3 tahun.