Daftar Isi:
  • Bibir sumbing adalah suatu kelainan bawaan berupa gangguan proses penyatuan bibir atas pada masa embrio awal dengan penyebab multifaktorial seperti genetik, nutrisi, lingkungan, bahkan sosial ekonomi. Berdasarkan studi epidemiologi, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berpenduduk dari golongan ras Protomalayid, memiliki angka kejadian bibir sumbing cukup tinggi yaitu 5 - 6 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menimbulkan pemikiran tentang peranan beberapa faktor yang dominan yaitu defisiensi zinc dan kawin kerabat. Insulin-like Growth Factor-1 (IGF-1) dimungkinkan menjadi genetic modifier dari patogenesis bibir sumbing. Salah satu jalur yang digunakan IGF-1 dalam pengaturan pertumbuhan dan perkembangan sel adalah jalur Mitogen-Activated Protein Kinase (MAPK). IGF-1 mengaktifkan Extracelluler Signal-Regulated Kinase 1 (ERK-1) yang meregulasi proliferasi dan diferensiasi sel epitel bibir pada embriogenesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara ekspresi protein IGF-1 dan ekspresi protein ERK-1 pada kejadian bibir sumbing ras Protomalayid di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Metode yang digunakan adalah pewarnaan Hematoxilen-Eosin dan pewarnaan imunohistokimia untuk menghitung jumlah sel-sel epitel pada jaringan bibir sumbing yang mengekspresikan protein IGF-1 dan protein ERK-1. Dari hasil perhitungan jumlah sel epitel yang terekspresi diketahui terdapat ekspresi protein IGF-1 dan protein ERK-1 pada sel epitel jaringan bibir sumbing ras Protomalayid Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hasil perhitungan ini kemudian dianalisis dengan uji korelasi Pearson. Hasil uji statistik menunjukkan koefisien korelasi yang terbentuk antara protein IGF-1 dan protein ERK-1 pada sel epitel jaringan bibir sumbing ras Protomalayid Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar -0,139 (kategori sangat rendah) dengan nilai signifikansi 0,463. Karena koefisien korelasi negatif (r = 0,139) maka dapat dinyatakan bahwa IGF-1 dan ERK-1 bekerja berbanding terbalik dalam kejadian bibir sumbing ras Protomalayid Provinsi Nusa Tenggara Timur. Nilai signifikansi lebih dari 0,05 menunjukkan hubungan tidak signifikan antara protein IGF-1 dan ERK-1. Dengan demikian, peningkatan ekspresi protein IGF-1 tidak selalu diikuti dengan penurunan ekspresi protein ERK-1. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat korelasi negatif yang tidak signifikan antara protein IGF-1 dan ERK-1 pada kejadian bibir sumbing ras Protomalayid di Provinsi Nusa Tenggara Timur.