Perbedaan Kualitas Semen Segar Sapi Limousin Pada Umur Yang Berbeda Di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari
Main Author: | Putri, Vania Eka |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/12409/1/Vania%20Eka%20Putri.pdf http://repository.ub.ac.id/12409/ |
Daftar Isi:
- Umur ternak mempengaruhi perkembangan organ reproduksi. Perbedaan umur pada pejantan berpotensi menghasilkan kualitas semen dengan profil yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji perbedaan kualitas semen segar sapi Limousin pada umur yang berbeda di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari. Penelitian diharapkan mampu memberikan informasi tentang perbedaan kualitas semen seger sapi Limousin pada tingkat umur yang berbeda dan menentukan umur terbaik pada pejantan umur ≤2 tahun atau umur ≥9 tahun. Materi penelitian adalah pejantan sapi Limousin sebanyak 57 ekor yang terdiri dari 25 ekor pejantan umur ≤2 tahun dan umur ≥9 tahun sebanyak 32 ekor yang ada di Balai Besar Inseminasi Buatan di Singosari, Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Malang, Jawa Timur. Pemilihan materi dilakukan secara survey dan dikelompokkan berdasarkan recording umur pejantan. Pejantan yang dikelompokkan berdasarkan umur akan ditampung semennya menggunakan metode Artificial Vagina (AV) selanjutnya diamati secara makroskopis meliputi volume semen dan mikroskopis meliputi motilitas individu, konsentrasi spermatozoa, viabilitas spermatozoa, dan abnormalitas spermatozoa. Hasil yang diperoleh akan dianalisa menggunakan uji t tidak berpasangan. Hasil analisis uji t menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) pada volume semen segar sapi Limousin pejantan umur ≤2 tahun dengan pejantan umur ≥9 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pejantan umur ≥9 tahun mempunyai nilai rata-rata yang lebih tinggi yaitu 6,32±1,64 ml dan umur ≤2 tahun mempunyai nilai rata-rata 4,12±1,19 ml. Analisis menggunakan uji t hitung menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (P>0,05) motilitas individu spermatozoa sapi Limousin pada pejantan umur ≤2 tahun dengan pejantan umur ≥9 tahun. Analisis menggunakan uji t hitung menunjukkan ada perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) konsentrasi spermatozoa sapi Limousin pada pejantan umur ≤2 tahun dengan pejantan umur ≥9 tahun. Rata – rata konsentrasi spermatozoa pejantan umur ≤2 tahun sebesar 1443,24±423,64 % dan 1129,72±341,24 % untuk pejantan umur ≥9 tahun. Analisis uji t hitung menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (P>0,05) viabilitas spermatozoa sapi Limousin pada pejantan umur ≤2 tahun dengan pejantan umur ≥9 tahun. Hasil analisis menggunakan uji t hitung menunjukkan ada perbedaan yang nyata (P<0,05) abnormalitas spermatozoa sapi Limousin pada pejantan umur ≤2 tahun dengan pejantan umur ≥9 tahun. Rata – rata abnormalitas spermatozoa pejantan umur ≤2 tahun sebesar 1443,24±423,64 % dan 1129,72±341,24 % untuk pejantan umur ≥9 tahun. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa umur mempengaruhi kualitas semen. Kualitas semen berpotensi semakin membaik seiring bertambahnya umur, tetapi pejantan yang terlalu tua cenderung mengalami penurunan kualitas semen. Kecukupan umur merupakan salah satu pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pejantan. Dari hasil penelitian, yang dapat disarankan adalah pemeliharaan pejantan yang baik pada umur muda karena semen segar dari pejantan umur muda memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dari pejantan umur tua. Nilai konsentrasi pada semen segar akan berpengaruh pada produksi straw semen beku.