Pengaruh Kekangan Jarak Sengkang pada Perilaku Aksial Kolom Beton Bertulang yang Diperkuat Menggunakan Metode Jaket Beton Bertulang Bambu
Main Author: | Rachman, Nur |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/12382/1/Nur%20Rachman.pdf http://repository.ub.ac.id/12382/ |
Daftar Isi:
- Kolom adalah bagian dari struktur bangunan yang sangat penting. Dimana apabila ada kerusakan dari kolom maka akan terjadi kehancuran dari sebuah struktur bangunan tersebut, hal ini berbeda dengan balok. Sehingga kolom perlu diperhatikan apabila mengalami kerusakan. Hal ini bisa terjadi karena kesalahan perhitungan dan desain, beban yang berlebihan dari rencana (overloading), dan gempa bumi. Semakin berkembangnya teknologi dunia konstruksi di Indonesia mengakibatkan timbulnya sebuah inovasi untuk memperbaiki kerusakan dari kolom yang terjadi berupa retrofit, salah satu metodenya adalah jaket beton. Pada penelitian ini kolom asli memiliki ukuran 12x12x30 cm dengan tulangan utama dan sengkang dari tulangan baja, sedangkan kolom retrofit memiliki ukuran 18x18x30 cm dengan tulangan utama bambu petung dan sengkang bambu apus. Untuk kode kolom digunakan C.1 – C.2 dan D.1 – D.2. Yaitu, kolom retrofit kode C.1 adalah kolom retrofit yang menggunakan tulangan longitudinal bambu sebanyak 4 buah dengan ukuran 10 x 20 mm dan dengan jarak antar tulangan transversal 5 cm, dibandingkan dengan kolom retrofit kode C.2 adalah kolom retrofit yang menggunakan tulangan longitudinal bambu sebanyak 4 buah dengan ukuran 10 x 20 mm dan dengan jarak antar tulangan transversal 7.5 cm. Sedangkan kolom retrofit dengan kode D.1 adalah kolom retrofit yang menggunakan tulangan longitudinal bambu sebanyak 8 buah dengan ukuran 10 x 10 mm dan dengan jarak antar tulangan transversal 5 cm, dibandingkan dengan kolom retrofit kode D.2 adalah kolom retrofit yang menggunakan tulangan longitudinal bambu sebanyak 8 buah dengan ukuran 10 x 10 mm dan dengan jarak antar tulangan transversal 7.5 cm. Sehingga hasil akhir dari penelitian ini adalah efektifitas pengekangan kolom retrofit. Pengujian kolom dilakukan dengan mesin uji tekan untuk memperoleh nilai gaya tekan dan dial gauge untuk memperoleh nilai defleksi. Hasil penelitian antara variasi C.1 dan C.2 menunjukkan bahwa jenis kolom C.1 dengan variasi jarak sengkang 5 cm memiliki nilai gaya tekan maksimum yang sedikit lebih kecil sebesar 5.4 % jika dibandingkan dengan kolom C.2. Namun kolom C.1 memiliki nilai daktilitas yang jauh lebih efektif dibandingkan dengan kolom C.2, dimana kolom C.1 memiliki nilai peningkatan daktilitas lebih besar 214.6 % dibandingkan kolom C.2. Oleh karena itu kolom C.1 lebih efektif daripada C.2. Sedangkan penelitian antara variasi D.1 dan D.2 menunjukkan bahwa jenis kolom D.1 dengan variasi jarak sengkang 5 cm memiliki nilai gaya tekan maksimum yang sedikit lebih besar sebesar 11.8 % jika dibandingkan dengan kolom D.2. Namun kolom D.1 memiliki nilai daktilitas yang tidak lebih efektif dibandingkan dengan kolom D.2, dimana kolom D.1 memiliki nilai peningkatan daktilitas lebih kecil 33.8 % dibandingkan kolom D.2. Oleh karena itu kolom D.2 lebih efektif daripada D.1. Hal ini bisa terjadi karena adanya rongga-rongga pada kolom retrofit D.1, karena kolom retrofit D.1 yang memiliki variasi jarak sengkang yang lebih rapat (5 cm) sehingga pada saat pengecoran, agregat tidak seluruhnya mengisi bagian kolom retrofit yang dikarenakan jarak sengkang yang lebih rapat dibandingkan dengan ruang yang akan dicor. Hal ini bisa mengakibatkan kolom retrofit D.1 tidak bisa berdeformasi sebesar kolom retrofit D.2 atau lebih cepat mencapai titik runtuh, dimana akan mempengaruhi pada kedaktailan kolom.