Profil Komponen Pelayanan Informasi Obat oleh Apoteker pada Pelayanan Resep di Apotek Kecamatan Klojen Kota Malang
Daftar Isi:
- Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang harus dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi dan konsultasi secara akurat, tidak bias, faktual, terkini, mudah dimengerti, etis dan bijaksana. Pada pelayanan resep, obat yang diberikan tidak selalu disertai dengan kemasan yang memuat informasi obat, sehingga peran apoteker dalam hal ini sangat penting dalam menjamin tujuan dari pengobatan dan ketepatan penggunaan obat pada pasien untuk dapat memberikan hasil yang optimal melalui pelayanan informasi obat. Penelitian ini bertujuan mengetahui komponen pelayanan informasi obat yang disampaikan oleh apoteker pada pelayanan resep di apotek yang telah sesuai maupun belum dengan ketentuan yang ada serta hambatan yang ada dalam pelaksanaan pelayanan informasi obat tersebut. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dan metode pengumpulan data yang digunakan antara lain dengan pengamatan (observasi), kuisioner, dan wawancara langsung. Sampel yang diambil sebanyak 11 apotek yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, namun data yang diperoleh pada penelitian ini hanya berasal dari 10 apotek, karena pada 1 apotek tidak mendapatkan data (gugur). Hasil penelitian yang diperoleh yaitu komponen pelayanan informasi obat yang paling banyak disampaikan oleh responden (apoteker) pada tiap apotek adalah cara pemakaian, lama pengobatan, frekuensi pemakaian obat, dan dosis obat. Sedangkan informasi efek samping 70%, aktivitas yang harus dihindari selama terapi 50%, makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi 30%, cara penyimpanan obat 10%, dan kontra indikasi 10%. Hambatan yang ada pada pelayanan informasi obat antara lain pasien terburu-buru (81,8%), keadaan apotek yang ramai (63,6%), latar belakang pendidikan pasien (63,6%), usia pasien (54,5%), kurangnya waktu untuk menyampaikan informasi (45,5%), pasien kurang bekerja sama (45,5%), gaya hidup pasien (45,5%), jenis obat yang diterima pasien banyak (27,3%), kurangnya sumber informasi (27,3%), kurangnya pengetahuan tentang farmakologi (9,1%), kesulitan berkomunikasi dengan pasien, kondisi pasien tidak mendukung (9,1%), dan pekerjaan pasien (9,1%). Kesimpulan yang diperoleh yaitu komponen pelayanan informasi obat yang diberikan oleh apoteker pada pelayanan resep di apotek belum seluruhnya disampaikan secara lengkap sesuai dengan ketentuan yang ada.