Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Terhadap Biourine Sapi dan Pupuk Kandang Kambing
Main Author: | Larassati., Anggita |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/12361/1/ANGGITA%20LARASSATI.pdf http://repository.ub.ac.id/12361/ |
Daftar Isi:
- Buncis (Phaseolus vulgaris L.) ialah satu dari komoditi sayuran yang diminati masyarakat. Buncis merupakan sumber protein, vitamin, mineral, serta mengandung zat-zat lain yang berkhasiat untuk obat yang dapat dikonsumsi dalam keadaan muda atau dikonsumsi bijinya. Menurut Badan Pusat Statistik, produksi buncis di Indonesia semakin menurun. Kenyataannya, kebutuhan masyarakat akan buncis terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan penduduk. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan serta hasil, yaitu dengan memperbaiki teknik pemupukan menggunakan pupuk organik. Peningkatan hasil buncis memiliki arti penting guna menunjang peningkatan gizi masyarakat dan berguna bagi usaha mempertahankan kesuburan dan produktivitas tanah. Pupuk organik yang digunakan dapat berasal dari limbah cair (urine) dan padat hewan ternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara perlakuan biourine sapi dengan pupuk kandang kambing sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman buncis dan untuk mengetahui dosis biourine sapi dan dosis pupuk kandang kambing yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman buncis. Adapun hipotesis pada penelitian ini ialah terdapat interaksi antara perlakuan biourine sapi dan pupuk kandang kambing terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman buncis sehingga akan menghasilkan hasil terbaik dalam sistem pertanian kota organik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – April 2018. Penelitian dilaksanakan di green house CV. Kurnia Kitri Ayu Farm yang berlokasi di Jalan Rajawali No. 10, Kecamatan Sukun, Kelurahan Sukun, Kota Malang dan Laboratorium Sumber Daya Lingkungan, Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Alat yang digunakan, antara lain polybag ukuran 35 cm x 35 cm, gelas ukur, timbangan analitik, LAM, oven, sprayer, meteran, ajir, alat tulis, penggaris, jangka sorong, kalkulator, amplop kertas coklat, papan label atau alvaboard, gunting, tali raffia dan kamera digital. Bahan yang digunakan, antara lain benih buncis varietas Lebat-3, biourine sapi, pupuk kandang kambing, tanah, arang sekam dan air. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor pertama ialah dosis biourine sapi yang terdiri dari tiga taraf, yaitu B1: 1.500 L Ha-1, B2: 3.000 L Ha-1 dan B3: 4.500 L Ha-1. Pengaplikasian dilakukan sebanyak 8 kali dengan interval waktu, yaitu 14 HST dengan dosis 10%, 21 HST dengan dosis 10%, 28 HST dengan dosis 10%, 35 HST dengan dosis 10%, 42 HST dengan dosis 10%, 49 HST dengan dosis 16%, 56 HST dengan dosis 16% dan 63 HST dengan dosis 18%. Faktor kedua ialah dosis pupuk kandang kambing yang terdiri dari tiga taraf, yaitu K1: 20 ton Ha-1, K2: 30 ton Ha-1 dan K3: 40 ton Ha-1. Parameter yang diamati, antara lain panjang tanaman (cm), jumlah daun (helai), luas daun per tanaman (cm2), umur mulai berbunga (HST), jumlah bunga, umur mulai terbentuk polong (HST), bobot segar polong total per tanaman (g), ii jumlah polong total per tanaman, panjang polong (cm) dan diameter polong (cm). Selain itu, dilakukan pengamatan pendukung, antara lain berat segar tanaman (g), berat kering tanaman (g), analisa N pada media tanam, suhu ( ), kelembaban (%) dan intensitas matahari (Lux). Analisis data menggunakan metode Analisis Ragam (ANOVA) dengan taraf 5%. Apabila terdapat perlakuan yang berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa interaksi antara perlakuan biourine sapi dengan pupuk kandang kambing ditunjukkan pada pertumbuhan jumlah daun. Pada umur pengamatan 21 HST dengan rerata tertinggi jumlah daun sebanyak 7,5 helai. Selain itu, pada pertumbuhan luas daun per tanaman. Pada umur pengamatan 21, 42 dan 63 HST dengan rerata tertinggi mencapai 4.366,62 cm per tanaman pada perlakuan biourine sapi 4.500 L Ha-1 yang dikombinasikan dengan pupuk kandang kambing 20 ton Ha-1. Interaksi antara perlakuan biourine sapi dengan pupuk kandang kambing ditunjukkan pada bobot segar polong total per tanaman umur panen 72 HST, jumlah polong umur panen 72 HST, panjang polong umur panen 57, 62 dan 67 HST dan berat segar akar tanaman buncis. Perlakuan biourine sapi 4.500 L Ha-1 yang dikombinasikan dengan pupuk kandang kambing 20 ton Ha-1 menunjukkan hasil tertinggi 512,33 g per tanaman dengan jumlah polong per tanaman sebanyak 95 polong.