Rehabilitasi sebagai Bentuk Relasi Kuasa dan Disiplin Tubuh Pasien Jiwa (Studi Kasus pada Pasien Yayasan Penuh Warna Griya Cinta Kasih Jombang)

Main Author: Ulum, MuhammadUbaidil
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/123192/1/Muhammad_Ubaidil_Ulum_125120100111002_Sosiologi.pdf
http://repository.ub.ac.id/123192/
Daftar Isi:
  • Penelitian ini membahas tentang proses rehabilitasi sebagai bentuk relasi kuasa dan displin tubuh pada pasien jiwa di Yayasan Penuh Warna Griya Cinta Kasih (Yapena GCK) Jombang. Tujuan ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pemahaman pengurus Yapena GCK tentang kejiwaan, sehingga dapat melihat bagaimana relasi kuasa dan disiplin tubuh berjalan pada pasien jiwa. Penelitian ini menggunakan teori kuasa pengetahuan dan disiplin tubuh dari Michel Foucault. Teori ini digunakan untuk menjelaskan bagaimana pengetahuan pengurus melahirkan kuasa terhadap pasien melalui praktik rehabilitasi. Kuasa tersebut juga mampu menundukkan atau mendisiplinkan tubuh pasien. Metode yang digunakan adalah studi kasus yang merupakan sebuah pendekatan untuk mencari hubungan antara pengetahuan dan kekuasaan dengan cara melacak bagiamana pembentukan pegetahuan yang kemudian dapat menghasilkan kekuasaan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara obseravasi, wawancara secara mendalam kepada pasien dan pengumpulan melalui data sekunder. Hasil yang didapat dari penelitian di lapangan, bahwa Yapena GCK merupakan sebuah tempat panampungan dan perawatan bagi orang yang mengalami gangguan sakit jiwa. Pengurus Yapena GCK mempunyai pemahaman tentang kejiwaan sendiri di luar konsep kejiwaan secara umum. Yapena mempunyai pemahaman bahwa manusia terbagi menjadi tiga komponen, yaitu jiwa, raga dan nyawa, dan kejiwaan merupakan ranah ketuhanan pada diri manusia. Pengetahuan ini terbentuk melalui kajiwan Al-hikam serta intepretasi dari makna yang terkandung dalam Al-qur‟an. Sehingga dalam proses rehabilitasi, Yapena sama sekali tidak menggunakan obat-obatan sebagaimana medis pada umumnya. Pasien yang menjalani setiap rangkaian kegiatan atau terapi yang diberikan serta adanya pembagian kamar/ring merah, kuning dan hijau untuk pasien memperlihatkan adanya kuasa pengetahuan yang berjalan dari pengurus terhadap pasien. Melalui serangkaian kegaitan terapi, pengurus dapat melakukan pendisiplinan tubuh pada pasien. Pengurus dapat melakukan pengawasan secara hierarikis melalui terapi keagamaan, melakukan penilaian yang menormalkan melalui terapi olahraga dan musik serta memberikan ujian kenormalan dengan melaksanakan terapi kerja dan kemasyarakatan.