Pengaruh Keberadaan Huma-Sawah dan Leuit Terhadap Proses Tumbuh-Kembang Permukiman Adat Kasepuhan Ciptagelar
Daftar Isi:
- Kasepuhan Ciptagelar merupakan permukiman adat di mana masyarakatnya memiliki sistem kepercayaan terhadap padi dan telah melahirkan budaya padi. Budaya padi yang dianut masyarakat Ciptagelar merujuk pada budidaya padi huma dan sawah. Hasil produksi dari dua sumber padi tersebut disimpan di dalam leuit di permukiman. Hal ini menunjukkan keterikatan lanskap agrikultur dan lanskap permukiman tidak dapat terpisahkan. Hal ini menunjukkan bahwa huma-sawah memiliki keterikatan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Budaya padi huma datang lebih awal ke dalam lingkungan masyarakat Kasepuhan Ciptagelar sehingga menjadikan kehadiran padi huma lebih di utamakan namun tidak melepas kehadiran padi sawah seperti pada upacara ngadiekeun. Upacara ngadieukeun merupakan puncak ritual rangkai budaya padi. Dalam pelaksanaannya, upacara ngadiukeun memiliki prasyarat dan syarat harus hadirnya dua pasang entitas budaya padi yaitu padi huma dan padi sawah. Sepasang padi huma menjadi ketetapan prasyarat yang wajib hadir terlebih dahulu sedangkan sepasang padi sawah menjadi syarat selanjutnya yang harus hadir dalam upacara ngadiukeun. Hadirnya sepasang padi huma dan padi sawah secara bersama-sama dalam upacara ngadiukeun berada di dalam leuit sehingga leuit menjadi wadah aktivitas budaya. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa leuit terus mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan leuit diakibat dari surplus hasil produksi padi sawah. Hal ini dikarenakan perawatan padi sawah melibatkan campur tangan manusia di mana berbeda dengan padi huma yang tumbuh dengan sendirinya. Kehadiran leuit jika dilihat dari sudut pandang leuit sebagai wadah aktivitas budaya dalam upacara ngadiukeun menunjukkan bahwa leuit memiliki keterikatan yang kuat dengan padi huma di mana kehadiran padi huma sebagai prasyarat yang harus hadir terlebih dahulu namun dalam pertumbuhan leuit di permukiman tidak bergantung dengan kehadiran padi huma. Hal tersebut berbanding terbalik dengan hubungan leuit terhadap padi sawah di mana padi sawah menjadi syarat selanjutnya yang harus hadir namun pertumbuhan leuit di permukiman sangat bergantung dengan padi sawah. Pertumbuhan leuit dalam lingkungan permukiman ini dapat menyebabkan adanya suatu perkembangan sehingga memperlihatkan tumbuh-kembang permukiman. Dengan demikian, penelitihan ini berujuan untuk : (1) mengetahui gambaran secara umum tentang kondisi hubungan huma-sawah dan leuit terhadap proses tumbuh-kembang permukiman Adat kasepuhan Ciptagelar; (2) menyediakan sebuah detail gambaran yang akurat berkaitan dengan pengaruh huma-sawah dan leuit terhadap proses tumbuhkembang permukiman Adat Kasepuhan Ciptagelar. Metode yang digunakan yaitu kualtatif-deduktif dengan paradigma rasionalistik. Hasil penelitihan ini menunjukkan bahwa proses tumbuh-kembang permukiman di lihat dari pertumbuhan leuit. Leuit sendiri memiliki keterkaitan dengan padi huma dan padi sawah. Dalam lingkungan agrikultur, lokasi padi huma selalu bergerak sedangkan padi sawah tetap diam. Hal ini bekerterbalikan di dalam leuit pada lingkungan permukiman saat upacara ngadiukeun di mana kehadiran padi huma merupakan representasi dari perempuan yang diam sedangkan padi sawah adalah laki-laki yang bearti bergerak. ii Dengan demikian hubungan huma-sawah dan leuit memperlihatkan adanya konsep gerak-diam-gerak di mana huma pada lingkungan agrikultur tersebut gerak yang sebenarnya diam di leuit sedangkan sawah pada lingkungan agrikultur tersebut diam yang sebenarnya bergerak di leuit. Konsep tersebut muncul dalam melihat pengaruh humasawah dan leuit terhadap proses tumbuh-kembang permukiman adat Kasepuhan Ciptagelar yaitu bergerak ke arah diam.