Pendugaan Jumlah Gen Pengendali Warna Ungu Pada Kacang Panjang (Vigna Sesquipedalis L. Fruwirth) Berpolong Ungu
Main Author: | Latif, Dhofir |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/12308/1/DHOFIR%20LATIF.pdf http://repository.ub.ac.id/12308/ |
Daftar Isi:
- Tanaman kacang panjang di Indonesia mempunyai keragaman genetik yang luas. Umumnya, polong kacang panjang berwarna hijau, hijau muda atau hijau putih, dimana semua memiliki kelebihan masing-masing. Varietas unggul kacang panjang telah banyak dilepas oleh pemerintah, namun terdapat salah satu jenis varietas kacang panjang yang memiliki polong berwarna ungu. Varietas ini masih belum banyak diketahui oleh masyarakat. Kacang panjang berpolong ungu memiliki kelebihan dari pada jenis kacang panjang yang lain, kacang panjang berpolong ungu memiliki kandungan antosianin yang bermanfaat bagi tubuh sebagai antioksidan dan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Selain itu tanaman kacang panjang berpolong ungu lebih tahan terhadap serangan aphid karena kulit polong, daun dan batangnya ditumbuhi bulu sepanjang permukaan (Kuswanto et al., 2012). Seiring dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat dan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan, kacang panjang berpolong ungu memiliki potensi sebagai sumber antioksidan. Penampilan polong berwarna ungu pada kacang panjang menunjukkan adanya kandungan zat antosianin, semakin gelap warna polong diduga semakin banyak kadar antosianin yang terkandung. Penelitian ini bertujuan untuk menduga jumlah gen yang mengendalikan sifat warna ungu pada kacang panjang berpolong ungu. Hipotesis yang disajikan ialah diduga sifat warna ungu pada tanaman kacang panjang berpolong ungu dikendalikan oleh dua gen. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Desa Jatikerto Kecamatan Kromengan Malang, pada bulan Mei hingga Agustus 2017. Bahan yang digunakan meliputi 6 galur segregasi kacang panjang berpolong ungu, pupuk kandang, Urea, KCl, SP36. Alat yang digunakan antara lain, alat budidaya, papan penanda, kamera, Pantone Color Chart dan alat tulis. Metode penelitian menggunakan pendugaan hukum mendel, yaitu dengan pengelompokan data berdasarkan nilai perbandingan 2 kelas (ungu dan merah), 3 kelas (ungu tua, ungu dan merah), maupun 4 kelas (ungu tua, ungu, ungu kemerahan dan merah). Pengelompokan data dicocokkan dengan setiap nilai harapan dan nilai pengamatan yang diuji dengan analisis chi square. Pengamatan dilakukan secara individu pada setiap tanaman. Setiap galur ditanam dalam satu bedeng tanpa ulangan, sehingga terdapat 6 bedeng dalam satu lahan. Setiap bedeng terdiri dari 250 tanaman dan dalam satu lubang tanam terdiri dari 2 benih, sehingga populasi dalam satu lahan terdapat 1500 tanaman. Variabel pengamatan meliputi warna polong, warna batang, warna bunga, warna kelopak bunga dan warna biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter warna ungu pada polong galur BU1, BU2, BU3, BU4, BU5 dan BU6 dikendalikan oleh 2 gen dengan aksi gen epistasis resesif ganda dan saling berinteraksi dengan rasio 9 ungu : 7 merah. Karakter warna ungu pada batang galur BU1, BU2, BU3, BU4, BU5, dan BU6 dikendalikan oleh 2 gen dengan aksi gen epistasis resesif ganda dan saling berinteraksi dengan rasio 9 ungu : 7 hijau. Karakter warna ungu pada bunga galur BU1, BU2, BU3, BU4, BU5, dan BU6 dikendalikan oleh 2 gen dengan aksi gen epistasis resesif ganda dan saling berinteraksi dengan rasio 9 ungu : 7 ungu muda. Karakter warna ungu pada kelopak bunga galur BU1, BU3, dan BU4 dikendalikan oleh 2 gen dengan aksi gen dominan rangkap dengan rasio 15 ungu : 1 hijau. Pada galur BU5 dan BU6 karakter warna ungu kelopak bunga dikendalikan oleh 1 gen dengan aksi gen dominan tunggal dengan rasio 3 ungu : 1 hijau, sedangkan untuk galur BU2 warna ungu pada kelopak bunga dikendalikan oleh 2 gen dengan aksi gen epistasis dominan resesif dengan rasio 13 ungu : 3 hijau. Karakter warna biji semua tanaman pada setiap galur memiliki warna coklat sehingga tidak dilakukan analisis chi square. Sifat warna ungu pada polong akan lebih efektif dilakukan dengan intensitas seleksi yang besar, agar proporsi populasi 9/16 warna ungu dapat terpilih seluruhnya dari proporsi 7/16 warna merah pada karakter warna polong