Pemaknaan Upacara Bersih Desa Dari Perspektif Komunikasi Ritual (Studi Fenomenologi Remaja Dan Dewasa Pertengahan Atas Simbol Dan Makna Ritual Bersih Desa Di Desa Doko Kabupaten Kediri)
Main Author: | Saputro, MohammatIlyas |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/122932/1/Jurnal_ilyas.pdf http://repository.ub.ac.id/122932/2/SKRIPSI.pdf http://repository.ub.ac.id/122932/ |
Daftar Isi:
- Kebudayaan upacara bersih desa merupakan ritual yang dilakukan rutin satu tahun sekali, sehingga untuk menjadi masyarakat kebudayaan tersebut mereka yang hidup di lingkungan tersebut harus ikut dalam ritualnya, kemudian ini dinamakan sebagai komunikasi ritual. Komunikasi ritual terdapat simbol-simbol yang dikomunikasikan kemasyarakat pendukungnya, sehingga muncul pemaknaan disetiap individu. Pentingnya pemaknaan yang dilakukan setiap individu mempengaruhi keterjagan kebudayaan ini. Salah satu yang mempengaruhi pemaknaan seseorang yaitu dengan adanya proses interaksi sosial pada masyarakat. Melalui proses interaksi, individu akan membentuk makna sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui simbol-simbol komunikasi ritual pada upacara bersih desa di desa Doko dan mendiskripsikan makna upacara bersih desa bagi remaja dan dewasa pertengahan. Pencarian pemaknaan terhadap kebudayaan upacara bersih desa dalam penelitian ini menggunakan studi fenomenologi terhadap pengalaman 8 orang yang dibagi menjadi 2 kategori yaitu remaja dan dewasa pertengahan yang berpartisipasi dalam kegiatan kebudayaan upacara bersih desa. Pengumpulan data yang dilakukan peneliti menggunakan wawancara mendalam dan observasi partisipan pasif. Temuan penelitian ini yaitu mereka tidak memandang pemahaman tentang sejarah ritual itu penting untuk diketahui tetapi mereka juga memiliki pandangan untuk melestarikannya. Penelitian ini berkesimpulan bahwa kegiatan tersebut diadakan untuk mencari berkah hidup dan untuk melestariakan kebudayaan upacara bersih desa, perbedaanya hanya pemahaman pada waktu pelaksanaanya. Sedangkan untuk simbol (sesajen), ramaja dan dewasa petengahan tidak begitu faham, terutama tentang arti dari sesajen, karena mereka menyerahkan artinya terhadap juru kunci atau orang yang lebih mengerti tentang upacara bersih desa.