Efektivitas Persilangan Tanaman Cabai (Capsicum Annuum L.) Rentan Dan Tahan Penyakit Busuk Batang Phytophthora (Phytophthora Capsici L.)
Main Author: | Putri, R.A. Prita Sari |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/12288/1/R.A.%20PRITA%20SARI%20PUTRI.pdf http://repository.ub.ac.id/12288/ |
Daftar Isi:
- digunakan adalah isolat P. capsici, hasil koleksi dari Dusun Torong, Desa Tawangsari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Bahan lain, yaitu: kertas peram, handuk, TSP 10%, Bigest (GA3), cocopeat, cocochip, ajir, tali ajir, tali rafia, papan nama, alkohol 70%, kantong polinasi, label polinasi, pupuk AB-Mix, dan pestisida. ii Metode persilangan yang dilakukan dengan melakukan persilangan resiprok (bolak-balik) antara tetua tahan CM334, PR10.3.3.6 dan PR10.3.4.24 serta TB1.10.2.27, dan CJ19. Tetua bahan persilangan diwakili oleh 12 tanaman. Setiap kombinasi persilangan diwakili oleh 3 tanaman. Setiap tanaman dipolinasi sebanyak 10 kali. Penampisan ketahanan P.capsici dilakukan pada sampel bibit tanaman cabai dari 5 tetua dan generasi F1 dengan cara memberikan 5 ml inokulum atau sama dengan kerapatan 1 x 104 zoospora disetiap bibit tanaman (±30 HSS). Pengamatan persilangan dan skrining ketahanan diamati dengan cara metode tanaman tunggal lalu data dianalisis menggunakan uji-t taraf 5%. Hasil penelitian dibagi menjadi dua bagian yaitu persilangan dan skrining ketahanan. Hasil persilangan menunjukkan bahwa persilangan dengan menggunakan TB1.10.2.27 dan CJ19 sebagai tetua betina menunjukkan rerata persentase tinggi yaitu 27,8% dan 18,9% sehingga tetua rentan lebih baik digunakan sebagai tetua betina persilangan. Persilangan dengan menggunakan tetua tahan PR10.3.3.6 dan PR10.3.4.24 sebagai tetua jantan menghasilkan jumlah benih tertinggi sebanyak 1224 biji dan 815 biji sehingga tetua tahan lebih baik digunakan sebagai tetua jantan persilangan. Pada generasi F1 persilangan yang memiliki potensi hasil buah (keberhasilan persilangan) dan hasil biji jumlah biji tertinggi adalah persilangan TB1.10.2.27 × PR10.3.4.24 dan TB1.10.2.27 × PR10.3.3.6. Hasil pengamatan skrining ketahanan menunjukkan bahwa tetua tahan PR10.3.4.24 sebagai tetua yang memiliki kriteria (ST) atau sangat tahan dan keparahan penyakit mutlak (0,00 ± 0,00) terhadap P.capsici jika dibandingkan dengan CM334 yang memiliki kejadian penyakit (AR) atau agak rentan dengan nilai keparahan penyakit sebesar 0,27 ± 0,43. TB1.10.2.27 dan CJ19 sebagai tetua rentan memiliki kriteria penyakit (SR) atau sangat rentan terhadap P.capsici. Namun kedua tetua rentan memiliki tingkat keparahan penyakit yang berbeda. TB1.10.2.27 memiliki tingkat keparahan penyakit sebesar 1,21 ± 1,05 dan CJ19 sebesar 3,26 ± 2,81 sehingga CJ19 merupakan tetua yang memiliki kerentanan yang tinggi terhadap P.capsici. F1 persilangan antara tetua rentan TB1.10.2.27 sebagai tetua betina dan tetua tahan PR10.3.4.24 sebagai tetua jantan merupakan persilangan yang efektif karena tidak memiliki pengaruh tetua betina dan memiliki sifat heterosis. Selain itu, persilangan tersebut mampu menghasilkan buah dan biji yang banyak. Berdasarkan hasil dan pembahasan disimpulkan bahwa strategi pemuliaan ketahanan tanaman cabai yaitu persilangan dengan menggunakan tetua rentan TB1.10.2.27 sebagai tetua betina dan tetua tahan PR10.3.4.24 sebagai tetua jantan karena mampu memperoleh biji dan buah dengan jumlah banyak, tidak memiliki pengaruh tetua betina dan mempunyai sifat heterosis terhadap ketahanan penyakit busuk batang Phytophthora. Selain itu, persilangan antara antara PR10.3.4.24 sebagai tetua jantan dan TB1.10.2.27 sebagai tetua betina adalah persilangan paling yang efektif dibandingkan dengan persilangan antara tetua rentan TB1.10.2.27 dan tetua tahan CM334. Sementara itu, PR10.3.4.24 adalah tetua tahan yang efektif dalam mengintrogesi ketahanan penyakit busuk batang Phytophthotora dibandingkan dengan tetua tahan CM334. Sedangkan CJ19 adalah tetua yang paling peka terhadap penyakit busuk batang Phytophthora.