Daftar Isi:
  • Komunikasi instruksional merupakan komunikasi dalam pengajaran di dalam kelas, yang mana guru sebagai komunikator dan siswa sebagai komunikan. Peran guru sangatlah penting dalam melakukan komunikasi instruksional di sekolah, terutama jika dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan salah satu jenjang yang mana siswanya termasuk dalam fase awal remaja, yaitu fase dimana memiliki rasa keingintahuan yang besar dan siap untuk berkreasi. Komunikasi instruksional guru berbeda satu sama lain karena adanya konstruksi gender atau konstruksi sosial. Dengan demikian, perbedaan cara berkomunikasi instruksional inilah yang perlu diteliti lebih lanjut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang berfokus pada komunikasi instruksional guru melalui observasi non partisipan dan wawancara. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaksi Miles-Huberman. Hasilnya adalah komunikasi instruksional yang dilakukan oleh masing-masing guru, meliputi komunikasi verbal dan non verbal, merupakan dampak dari konstruksi gender atau konstruksi sosial yang mereka alami, seperti asuhan dari orang tua, tempat tinggal guru dan pengalaman-pengalaman guru dari kecil hingga dewasa. Komunikasi verbal dan non verbal dalam pendekatan terhadap siswa dapat dilakukan dengan cara seperti penggunaan bahasa Jawa ketika proses pembelajaran berlangsung, pilihan kata, panggilan nama siswa, sentuhan kepada siswa, vokalika, posisi mengajar, tindakan diam, memberi pujian, dan humor. Selain itu, terdapat juga pengembangan dalam komunikasi instruksional masing-masing guru, seperti penggunaan LCD ketika mengajar, gerakan senam atau sulap sebelum proses pembelajaran berlangsung, penngembangan metode berkelompok, dan bercerita yang kaitannya dengan pelajaran, yang mana akan berdampak positif pada siswa, baik sisi kognitif maupun afektif siswa.