Analisis Kebijakan Jepang Dalam Peningkatan Nilai Bilateral Swap Arrangement (Bsa) Jepang-Indonesia Tahun 2003-2013

Main Author: PutriHaning, Adhellina
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/122670/1/SKRIPSI_ADHEL.pdf
http://repository.ub.ac.id/122670/
Daftar Isi:
  • Skripsi ini menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan Jepang dalam melakukan peningkatan nilai Bilateral Swap Arrangement (BSA) dengan Indonesia pada 2003-2013. Sejarah krisis Asia pada tahun 97/98 yang disebabkan karena jatuhnya mata uang negara-negara Asia terhadap USD turut membawa instabilitas perekonomian Jepang. Jepang kemudian menginisiasi pembentukan ASEAN+3 (Jepang, China, Korea Selatan). Salah satu bentuk kerjasama tersebut adalah pembentukan Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM), CMIM merupakan kesepakatan tingkat menteri negara-negara ASEAN+3 untuk membentuk cadangan devisa siaga guna meminimalisir dampak terjadinya krisis di negara-negara ASEAN+3. Kerjasama tersebut kemudian berkembang menjadi kerjasama dalam kerangka Bilateral Swap Arrangement (BSA). Bilateral Swap Arrangement (BSA) adalah model pinjaman melibatkan kedua belah pihak negara untuk melakukan penukaran mata uang domestik dengan USD, hal tersebut digunakan untuk mengatasi likuiditas jangka pendek serta diperuntkuan sebagai cadangan devisa negara. Pada tahun 2003-2013 setidaknya Jepang telah melakukan perjanjian swap sebanyak tiga kali dengan Indonesia, dan selama kurun waktu tersebut terdapat peningkatan nominal swap yang signifikan apabila dibandingkan dengan swap yang dilakukan Jepang dengan negara ASEAN+3 lainnya. Karena hal tersebut kemudian digunakan teori pembuatan kebijakan luar negeri untuk menganalisis faktor apa saja yang menyebabkan Jepang melakukan peningkatan BSA dengan Indonesia pada 2003-2013.