Daftar Isi:
  • Menjadi seorang anak yang masih remaja dan menerima keberadaan sosok yang baru di dalam keluarga yaitu ayah tiri merupakan suatu keputusan yang tidak mudah. Proses komunikasi alam membangun serta menjaga suatu hubungan baik antara anak dengan ayah tirinya adalah proses yang panjang dan membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Jadi, seorang ayah tiri harus mampu menyesuaikan dirinya dengan istri dan anak-anak tirinya yang baru.Tujuan dari penelitian ini adalah ingin menjelaskan bahwa tidak semua hubungan antara anak dengan ayah tiri berlangsung negatif. Beberapa kasus dalam penelitian ini menunjukan bahwa anak dan ayah tiri dapat menjalin hubungan dengan baik. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dan menggunakan in-depth interview untuk mengetahui bagaimana anak dan ayah tiri dalam meembangun dan menjaga hubungan mereka. Informan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut: anak yang tinggal satu rumah dengan ayah tirinya, Informan berada pada usia remaja (11-20 tahun). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan antara anak yang berasal dari keluarga remarriage karena bercerai dan karena meninggal dunia. Perlunya jangka waktu lebih lama untuk mengenal dan mencari kenyamanan untuk anak remarriage karena bercerai yang tinggal bersama ayah tirinya. membangun kepercayaan dari ayah tiri kepada anak yang dapat dilakukan melalui bounding (mengajak jalan-jalan, saling pengertian memberikan dukungan, dsb). Selain itu, untuk menjaga hubungan anak dengan ayah tiri diperlukan rasa percaya, keterbukaan, dan dukungan. Ketiga hal tersebut dapat dibangun untuk menciptakan komunikasi interpersonal yang baik antara anak dengan ayah tiri.