Modal Sosial Backpacker Indonesia yang Melakukan Traveling ke Luar Negeri (Studi Kasus pada Komunitas Backpacker Dunia Malang)
Main Author: | Usmalla, Widy |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/122432/1/Lampiran.pdf http://repository.ub.ac.id/122432/1/Modal_Sosial_Backpacker_Indonesia_yang_Traveling_ke_Luar_Neg.pdf http://repository.ub.ac.id/122432/2/Guide_Interview.pdf http://repository.ub.ac.id/122432/3/Surat_Pernyataan_Originalitas.pdf http://repository.ub.ac.id/122432/ |
Daftar Isi:
- Aktivitas traveling akhir-akhir ini banyak digemari oleh berbagai kalangan masyarakat, tak terkecuali dalam melakukan traveling ke luar negeri. Banyak diantara traveler yang menggunakan gaya backpacker untuk menyiasati pengeluaran selama di perjalanan. Mengingat perjalanan ke luar negeri merupakan kegiatan yang dianggap membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hal tersebut pada akhirnya mendorong para backpacker yang ingin ke luar negeri harus mengandalkan modal lainnya selain modal materi, yaitu modal sosial. Salah satunya, bergabung dengan Komunitas Backpacker Dunia Malang. Penelitian ini menggunakan teori modal sosial dari Robert D. Putnam, dimana modal sosial dapat dilihat dari 3 aspek, yakni kepercayaan, jaringan dan norma. Selain itu, penelitian ini juga dianalisis menggunakan konsep bonding social capital dan bridging social capital menurut Putnam. Seperti halnya yang dapat diketahui dari hubungan sosial yang terjadi diantara anggota di dalam Komunitas Backpacker Dunia Malang maupun upaya berjejaring komunitas dengan pihak lain. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sedangkan untuk pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil di lapangan, penelitian ini menyimpulkan bahwa modal sosial terbentuk di Komunitas Backpacker Dunia Malang. Modal sosial tersebut terus menerus dipelihara dan terakumulasi dengan adanya kepercayaan, jaringan dan norma. Terdapat modal sosial yang kuat di internal komunitas (bonding social capital) yang menyebabkan komunitas tersebut masih di dominasi oleh anggota-anggota lama. Sedangkan, jejaring sosial yang dibangun komunitas (bridging social capital) juga memperlihatkan modal sosial yang kuat. Hal itu tandai dengan adanya berbagai bentuk kerjasama dan saluran informasi dengan komunitas-komunitas sejenis. Dengan demikian, mampu menekan biaya para anggotanya dalam melakukan perjalanan ke luar negeri