Pengaruh Lama Waktu Fermentasi Limbah Buah Nanas (Ananas Comosus L. Merr) Menggunakan Aspergillus Niger Terhadap Konsentrasi Nh3,Vfa Dan Nilai Energi Secara In Vitro

Main Author: Yulia, Eva
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/12235/1/Eva%20Yulia.pdf
http://repository.ub.ac.id/12235/
Daftar Isi:
  • Dewasa ini, tersedianya hijauan di Indonesia masih menjadi masalah, terutama pada musim kemarau serta daerah yang penduduknya relatif padat. Hal ini mempengaruhi pada usaha-usaha peternakan untuk berkembang. Kondisi ini dapat mengakibatkan kualitas, kuantitas dan kontinuitas hijauan sulit untuk mencukupi kebutuhan pangan ternak-ternak yang ada di Indonesia. Diperlukan sebuah terobosan untuk meningkatkan produktivitas peternakan yang mampu memenuhi kebutuhan pangan hewan ternak ruminansia . Salah satu cara untuk memecahkan masalah ini adalah dengan menggunakan bahan pakan alternatif seperti memanfaatkan limbah dari industri pertanian. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September sampai Oktober 2017. Analisis kandungan nutrien, NH3 , VFA dan Nilai Energi secara in vitro inkubasi 48 jam dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya dan Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi pengaruh lama fermentasi limbah buah nanas (Ananas comosus L. Merr) menggunakan Aspergillus niger terhadap NH3, VFA dan Nilai Energi secara in vitro. Materi dalam penelitian ini adalah Limbah nanas kering berupa mahkota, kulit luar mata dan hati yang didapat dari PT. Bintang Buah yang beralamat di Desa Bedali, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Blitar. Aspergillus niger dengan kepadatan ± 3×107 yang didapat dari Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan Cairan rumen sebagai media fermentasi diambil dari sapi jenis PFH betina berfistula berumur ± 13 tahun dan mempunyai bobot ± 380kg di Laboratorium Lapang Sumber Sekar Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan menggunakan 3 perlakuan dan 4 kali ulangn berdasarkan pengambilan cairan rumen sebagai kelompok. Adapun perlakuan penelitian sebagai berikut P0 = limbah buah nanas kering tanpa fermentasi, P1 = limbah buah nanas (kering) + Aspergillus niger 2% difermentasi selama 4 hari, P2 = limbah buah nanas (kering) + Aspergillus niger 2% difermentasi selama 6 hari. Variabel yang diamati adalah NH3, VFA dan Nilai Energi inkubasi 24 jam secara in vitro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fermentasi limbah buah nanas menggunakan Aspergillus niger 2 % dengan lama fermentasi berbeda memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsentrasi NH3 cairan supernatan Produksi Gas inkubasi 48 jam yaitu pada P0 sebesar 20,22 ±1,19 Mm/g, P1 sebesar 21,05 ±0,62 Mm/g, dan P2 sebesar 20,52 ±1,23Mm/g dan konsentrasi VFA cairan supernatant Produksi Gas inkubasi 48 jam, tetapi berpengaruh secara sangat nyata (P˂0,01) meningkatkan Nilai ME perlakuan P0 9,85±0,39 MJ/Kg BK, P1 10,29±0,40 MJ/Kg Bk, dan P2 10,41±0,47 MJ/Kg BK dan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap Nilai Energi NE perlakuan P0 3,15±0,60 MJ/Kg BK, P1 3,34±0,67 MJ/Kg BK, dan P2 3,39±0,70 MJ/Kg BK. Kesimpulan dari penelitian ini adalah fermentasi limbah buah nanas menggunakan Aspergillus niger 2% dengan lama waktu fermentasi 6 hari menurukan konsentrasi NH3 (20,52±1,23 mg/dl) dan menurunkan konsentrasi VFA yaitu Asam Asetat sebesar (54,23±16,89mM), Asam Propionat (24,61±10,69mM) dan Asam Butirat (4,81±2,28 mM).Fermentasi limbah buah nanas menggunakan Aspergillus niger 2% dengan lama waktu fermentasi 6 hari merupakan perlakuan terbaik yaitu meningkatkan nilai ME sebesar (10,42±0,46 MJ/Kg) dan nilai NE pada masa inkubasi 48 jam pada perlakuan sebesar ( 3,39±0,70 MJ/Kg). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai fermentasi nlimbah buah nanas dengan lama inkubasi 6 hari menggunakan Aspergillus niger 2%, secara in vivo.