Stereotype Dan Perilaku Komunikasi Antar Budaya Pada Mahasiswa (Studi Kualitatif Terhadap Mahasiswa Jawa Dan Mahasiswa Papua Di Kota Malang)
Main Author: | ZamZam, H |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/122198/1/BAB_V.pdf http://repository.ub.ac.id/122198/2/BAB_I.pdf http://repository.ub.ac.id/122198/3/BAB_III.pdf http://repository.ub.ac.id/122198/3/BAB_IV.pdf http://repository.ub.ac.id/122198/4/BAB_II.pdf http://repository.ub.ac.id/122198/ |
Daftar Isi:
- Proses komunikasi antar budaya seringkali terhambat dengan adanya bias kultural, salah satunya adalah stereotype. Hal yang sama terjadi pula pada mahasiswa Jawa dan mahasiswa Papua di Kota Malang. Stereotype negatif tentang mahasiswa Jawa di benak mahasiswa Papua dan stereotype negatif tentang mahasiswa Papua di benak mahasiswa Jawa berujung pada penghindaran proses komunikasi, baik dari mahasiswa Papua maupun mahasiswa Jawa. Berangkat dari kondisi tersebut, penelitian ini hadir untuk mengetahui bagaimana stereotype dan pengaruhnya terhadap perilaku komunikasi termasuk strategi akomodasi yang ditunjukkan oleh mahasiswa Jawa dan mahasiswa Papua dalam komunikasi antar budaya yang mereka lakukan. Melalui paradigma interpretatif, penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian kualitatif yang berfokus pada perilaku komunikasi baik yang melibatkan perilaku verbal maupun nonverbal yang ditunjukkan oleh mahasiswa Jawa dan mahasiswa Papua dalam interaksi antar budaya. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi pada sembilan orang informan. Analisis data yang digunakan yaitu analisis data kualitatif menurut McDrury. Secara umum, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada awal hubungan, komunikasi antar budaya yang dilakukan sangat dipengaruhi oleh stereotype yang terbentuk. Perbedaan dalam membetuk stereotype juga berpengaruh terhaap perilaku komunikasi yang ditunjukkan. Informan yang memperoleh stereotype negatif berdasarkan pengalaman langsung cenderung menghindari proses komunikasi, berbeda halnya dengan informan yang memperoleh stereotype melalui gambaran media massa cenderung membuat informan melakukan pembatasan dalam proses komunikasi yang dilakukan. Anggapan adanya posisi mayoritas dan minoritas juga cenderung mempengaruhi perilaku komunikasi yang mereka lakukan. Mahasiswa yang berada dalam posisi mayoritas (mahasiswa Jawa), cenderung akan melakukan strategi divergensi, sementara mahasiswa yang berada dalam posisi minoritas (mahasiswa Papua) cenderung menggunakan strategi konvergensi. Setelah hubungan terbangun, maka stereotipe serta posisi mayoritas dan minoritas yang ada tidak lagi berarti, sehingga terjadi perubahan strategi yang dilakukan oleh mahasiswa Jawa menjadi strategi konvergensi.