Relasi Kuasa Dalam Pendisiplinan Tubuh Waranggana (Studi Genealogi Foucault Atas Relasi Kuasa Dalam Aturan Pagelaran Tayub Di Kabupaten Tuban)

Main Author: Ratnasari, Lia
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/122040/
Daftar Isi:
  • Penelitian ini mengkaji tentang relasi kuasa dalam pendisiplinan tubuh waranggana. Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengalisis relasi kuasa yang terbangun dalam aturan pagelaran Tayub melalui struktur diskursif dan praktik diskursif yang menunjukkan pendisiplinan tubuh waranggana sebagai pelaku kesenian Tayub di Kabupaten Tuban. Untuk mendiskripsikan dan menganalisa proses penerimaan aturan pada pagelaran Tayub.Penelitian ini menggunakan teori kekuasaan pengetahuan, wacana, dan disiplin tubuh serta governmentality oleh Michel Foucault. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan genealogi Foucault yang bertujuan untuk melihat proses penerapan kekuasaan (pengetahuan) yang dapat dilihat dari struktur diskursif dan praktik diskursif dalam Tayub. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi.Hasil penelitian menunjukan bahwa Pertama, relasi kuasa yang terbangun pada pagelaran Tayub melalui struktur diskusif dari pemerintah dan masyarakat pada akhirnya memunculnya produksi wacana dari masyarakat terkait dengan norma, nilai, dan ajaran islam, serta dari pemerintah yaitu berupa Peraturan Daerah Tahun 2003. Sedangkan praktik diskursif dari masyarakatyaitu larangan menyediakan minuman keras pada saat pagelaran Tayub, larangan saweran dimasukkan kedalam kemben dan larangan pakaian terbuka. Praktik diskursif dari pemerintah yaitu berupa pelatihan kesenian Tayub, Siraman waranggana, dan pembuatan nomor induk waranggana. Struktur diskursif dan praktik diskursif pada akhirnya mampu mendisiplinkan tubuh waranggana. Kedua teknologi kuasa yang dilakukan untuk mendisiplinkan tubuh waranggana menghasilkan sifat resistensi atau penolakan karena tidak bisa merubah kebiasaan dan tradisi pada pagelaran Tayub.