Perilaku Pemilih Perempuan dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden di Kota Malang Tahun 2014.
Daftar Isi:
- Penelitian ini berawal dari ketertarikan peneliti mengenai fenomena gender terkait politik, baik partisipasi maupun perilaku pemilih. Isu mengenai Pemilu menjadi hal penting untuk mengetahui bagaimana kondisi keikutsertaan pemilih perempuan dalam memilih. Kecamatan Klojen Kota Malang menjadi lokasi penelitian karena tingkat partisipasi perempuan dalam Pemilihan Umum tinggi dengan jumlah penduduk lebih rendah dari kecamatan-kecamatan lain di Kota Malang. Oleh karena itu penelitian ini mencoba menggambarkan perilaku pemilih perempuan dalam Pemilihan Umum Presiden dan wakil Presiden di Kecamatan Klojen Kota Malang tahun 2014 dan mengidentifikasi aspek-aspek yang berdampak bagi perilaku pemilih perempuan tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian adalah Teori Perilaku Pemilih dimana teori ini relevan untuk menjadi dasar analisis karena didalam teori ini menyebutkan beberapa pendekatan yang dapat dijadikan dasar untuk mengetaui kondisi perilaku pemilih perempuan, antara lain pendekatan sosiologis, psikologis, dan rational choice. Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara secara mendalam atau depth interview dengan informan sehingga diperoleh informasi secara mendalam terkait fokus penelitian. Sehingga peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode pengambilan sampel purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi sumber data primer (wawancara) dan sumber data sekunder (dokumentasi). Hasil analisis menunjukkan bahwa dari ketiga pendekatan tersebut (sosiologis, psikologis, dan rational choice) menunjukkan bahwa aspek yang paling dominan sebagai pendorong perempuan di Kecamatan Klojen Kota Malang dalam menggunakan hak pilihnya pada Pilpres 2014 adalah pendekatan psikologi dimana mayoritas perempuan yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini melihat sosok dari kandidat capres sebagai pertimbangan. Kualitas dan visi misi dari kandidat juga menjadi pertimbangan bagi informan, namun pertimbangan lebih dititikberatkan pada sosok kandidat tersebut. Mengingat pemilih perempuan berasal dari kondisi sosial yang berbeda-beda dan tingkat pendidikan yang tidak sama, hal ini sangat berkorelasi dengan akses informasi terhadap proses politik, sehingga diharapkan pemerintah, LSM, maupun pihak-pihak terkait lainnya dapat memberikan bentuk pendidikan politik yang bersifat menyeluruh dan persuasif, sehingga pemilih perempuan dapat mengetahui proses politik dengan lebih jelas.