Performan Reproduksi Sapi Peranakan Ongole Dan Sapi Peranakan Limousin Pada Musim Berbeda Di Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro

Main Author: Manik, Riovan Manarihon
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/12195/1/Riovan%20Manarihon%20Manik.pdf
http://repository.ub.ac.id/12195/
Daftar Isi:
  • Inseminasi Buatan adalah salah satu teknologi reproduksi yang digunakan untuk meningkatkan mutu genetik dari ternak yang telah lama diaplikasikan dalam rangka meningkatkan jumlah populasi ternak untuk memenuhi kebutuhan daging dalam negeri. Teknologi IB yang dilakukan di Indonesia sudah menghasilkan sapi persilangan antara bangsa Bos taurus dengan Bos indicus, hasil perkawinan silang dengan menggunakan teknologi IB yang terkenal adalah sapi LIMPO yaitu persilangan sapi Limousin dengan sapi PO. Persilangan dilakukan bertujuan untuk efisiensi reproduksi serta saling menyatukan sifat unggul yang dimiliki antara sapi Limousin dan sapi PO. Persilangan yang dilakukan pada umumnya menggunakan semen cair atau semen beku. Parameter IB yang dapat dijadikan tolok ukur untuk mengevaluasi performan reproduksi sapi betina yaitu Service per Conception (S/C), Days Open (DO), Calving Interval (CI) dan Conception Rate (CR). Musim adalah salah satu faktor yang mempengaruhi performan reproduksi dari sapi, pengaruh langsung musim terhadap sapi adalah pada produktivitasnya yang berakibat besar dengan aktivitas reproduksi dari ternak tersebut. Indonesia memiliki 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau, biasanya satu periode perubahan musim adalah 6 bulan. Unsur musim yang dapat mempengaruhi produktivitas dan reproduksi sapi yaitu suhu, kelembaban, dan curah hujan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan performan reproduksi dari sapi Peranakan Ongole dan sapi Peranakan Limousin pada musim kemarau dan musim hujan di Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 320 ekor sapi betina yang sudah pernah beranak lebih dari satu kali yang terdiri dari 163 ekor sapi PO dan 157 ekor sapi LIMPO dengan kriteria masih berproduksi dan tidak mengalami gangguan reproduksi serta menggunakan data tahun 2016-2017 atau catatan inseminator di peternak yang digunakan sebagai data reproduksi induk sapi potong. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan cara mengumpulkan informasi dan dokumentasi melalui pengumpulan data primer dan sekunder. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah Service per Conception (S/C), Days Open (DO), Calving Interval (CI), dan Conception Rate (CR). Data S/C, DO, CI, CR kemudian dianalisis dengan menggunakan Uji-t hitung tidak berpasangan untuk mengetahuiada atau tidaknya perbedaan data. Hasil Penelitian menujukkan rataan nilai S/C sapi PO dan LIMPO musim kemarau tidak berbeda nyata dibandingkan pada musim hujan (P>0,05). Nilai S/C sapi PO musim kemarau (1,53±0,72 kali) lebih tinggi dibandingkan musim hujan (1,47±0,68 kali), untuk rataan nilai S/C sapi LIMPO musim kemarau (1,56±0,72 kali) juga lebih tinggi dibandingkan musim hujan (1,49±0,67 kali). Nilai DO sapi PO dan LIMPO musim kemarau berbeda sangat nyata (P<0,01) dibandingkan musim hujan. Nilai DO sapi PO musim kemarau (157,59±21,46 hari) lebih besar dibandingkan musim hujan (147,83±24,15 hari), untuk nilai DO sapi LIMPO musim kemarau (169,04±21,94 hari) lebih besar dibandingkan musim hujan (160,15±21,91 hari). Nilai CI sapi PO dan LIMPO musim kemarau berbeda sangat nyata dengan musim hujan (P<0,01). Nilai CI sapi PO musim kemarau (436,06±21,88 hari) lebih besar dibandingkan musim hujan (426,46±24,45 hari), sedangkan untuk nilai CI sapi LIMPO musim kemarau (446,92±22,44 hari) lebih besar dibandingkan musim hujan (438,61±21,71 hari). Nilai CR sapi PO musim kemarau (60%) lebih rendah dibandingkan nilai CR musim hujan (62,82%), untuk nilai CR sapi LIMPO musim kemarau (57,3%) juga lebih rendah dibandingkan nilai CR musim hujan (60,97%). Disimpulkan bahwa performan reproduksi sapi PO dan sapi LIMPO pada musim hujan lebih baik dibandingkan pada musim kemarau dan performan reproduksi sapi PO lebih baik dibandingkan performan reproduksi sapi LIMPO. Saran penelitian adalah perlu dilakukan perbaikan kuantitas dan kualitas pakan terutama pada musim kemarau dan perlu diadakan sosialisasi ke peternak dalam rangka meningkatkan pengetahuan peternak mengenai deteksi berahi.