Perbandingan Kuantitas Dan Kualitas Semen Segar Dan Recovery Rate Sapi Limousin Dan Sapi Bali

Main Author: Ma’ruf, Anang
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/12190/1/Anang%20Ma%E2%80%99ruf.pdf
http://repository.ub.ac.id/12190/
Daftar Isi:
  • Pejantan unggul yang memenuhi syarat teknis reproduktif untuk dapat ditampung semennya dan diproses menjadi semen beku, pejantan tersebut dapat berasal dari impor maupun lokal. Kualitas semen beku yang baik hanya akan diperoleh dari pejantan-pejantan unggul yang memenuhi syarat tertentu. Syarat yang harus dimiliki oleh pejantan unggul sebagai sumber semen beku yaitu syarat reproduksi yang mencakup libido tinggi serving ability kesanggupan melayani atau mengawini dengan baik, serving capability kemampuan melayani atau mengawini dengan baik. Keberhasilan IB ditentukan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa. Pemeriksaan kualitas semen segar dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Evaluasi secara makroskopis meliputi volume, warna, konsistensi, dan pH. Pengamatan mikroskopis meliputi gerakan massa, motilitas individu dan konsentrasi. Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari, Malang, Jawa Timur. Pengambilan data sekunder hasil penampungan yang dilakukan dari 8 November viii 2017–15 Januari 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas semen yang meliputi motilitas individu, konsentrasi, pH, volume, post thawing motility (PTM), dan nilai recovery rate sapi Limousin dan Bali pada umur yang sama. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen segar bangsa sapi Bali dan Limousin pada umur 2, 5 dan 12 tahun dengan 20 kali penampungan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yang memenuhi kriteria tertentu untuk keperluan analisis. Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dihitung secara statistik yaitu menggunakan t-test. Rataan volume semen sapi Limousin (6,2±0,95 ml) lebih tinggi dibandingkan dengan sapi Bali (3,5±0,84 ml) (P<0,01) pada umur 2 tahun. Rataan volume semen sapi Limousin umur 5 dan 12 tahun tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan volume semen sapi Bali. pH semen sapi Bali pada umur 2 tahun sebesar 6,5±0,150 lebih tinggi dibandingkan dengan pH semen sapi Limousin 6,4±0,145 (P<0,05), sedangkan pada umur 5 tahun pH semen sapi Limousin lebih tinggi 6,5±0,162 dibandingan dengan pH semen sapi Bali 6,4±0,162 (P<0,05). pH semen sapi Limousin dan sapi Bali pada umur 12 tahun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Motilitas individu spermatozoa sapi Bali pada umur 2 tahun sebesar 70,25±3,02% lebih tinggi dibandingkan dengan motilitas individu spermatozoa sapi Limousin 65,50±4,55% (P<0,01), sedangkan pada umur 5 tahun motilitas individu spermatozoa sapi Bali lebih tinggi 68,75±2,75% dibandingan dengan motilitas individu spermatozoa sapi Limousin 65,25±4,12% (P<0,01). Motilitas individu spermatozoa sapi Bali 67,70±3,02% tidak berbeda nyata dengan motilitas individu spermatozoa sapi Limousin 69,50±3,20% pada umur 12 tahun (P>0,05). Konsentrasi ix spermatozoa sapi Limousin pada umur 2 tahun sebesar 1375±193 lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi spermatozoa sapi Bali 994±283 (P<0,01), sedangkan pada umur 5 tahun konsentrasi spermatozoa sapi Limousin lebih tinggi 1131±339 dibandingan dengan konsentrasi spermatozoa sapi Bali 1111±181 (P<0,01). Motilitas individu spermatozoa sapi Limousin 718±306 tidak berbeda nyata dengan konsentrasi spermatozoa sapi Bali 726±222 pada umur 12 tahun (P>0,05). Post thawing motility sapi Bali pada umur 2 tahun sebesar 42,45±4,62% tidak berbeda nyata dengan post thawing motility sapi Limousin 41,7±2,59% (P>0,05), sedangkan pada umur 5 tahun post thawing motility sapi Bali 43,85±3,11% lebih tinggi 37,15±7,68% dibandingan dengan post thawing motility sapi Limousin (P<0,01). Kuantitas semen meliputi volume dan konsentrasi pada sapi Limousin lebih tinggi dibandingkan sapi Bali, sedangkan kualitas semen meliputi motilitas individu, pH, nilai recovery rate dan post thawing motility sapi Bali lebih baik dibandingkan sapi Limousin. Saran dari penelitian ini adalah perlu adanya penelitan lebih lanjut untuk mengkaji perbedaan kualitas sapi antar bangsa pada umur diatas 10 tahun untuk kebijakan mengafkir. Setiap pejantan di BBIB Singosari perlu dilakukan evaluasi produksi semen segar dan semen beku sebagai dasar untuk kebijakan afkir, supaya lebih efisien dalam produksi semen beku.