Gambaran Identitas Sosial Pada Dirigen Suporter Arema Malang
Main Author: | Respati, GalihDwi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/121824/1/KUMPULAN_LENGKAP_SKRIPSI.pdf http://repository.ub.ac.id/121824/ |
Daftar Isi:
- Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran identitas sosial pada dirigen suporter sepakbola Aremania. Desain yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa gambaran identitas sosial pada dirigen suporter sepakbola Aremania dapat dilihat melalui ketiga komponen yaitu cognitive, evaluative, dan emotional component. Cognitive component digambarkan melalui self-categorization, subjek mengkategorisasikan dirinya sebagai suporter sekaligus dirigen Aremania yang memiliki rasa cinta, bangga, kompak, saling memiliki, harga diri terhadap klub Arema. Subyek mengkategorikan dirinya sebagai dirigen Aremania yang tidak ingin mempermalukan Aremania melalui penampilan dirinya. Subyek mengkategorikan dirinya sebagai pribadi yang sederhana di dalam kelompoknya. Kategori self-stereoping, subjek memandang bahwa Aremania merupakan kelompok suporter kebanggaan Kota Malang dan subyek memandang kelompok suporter lainnya sebagai pesaing dari kelompoknya. Pandangan subyek, suporter merupakan sarana untuk melampiaskan segala perasaan yang bergejolak di dalam diri. Evaluative component tergambar dari nilai positif subjek bahwa tidak ada satupun nilai negatif yang diperolehnya selama menjadi suporter Aremania. Baik sebagai suporter maupun dirigen Aremania, nilai negatif yang dapat timbul pada dirinya adalah dapat merasakan sakit hati dan kebencian terhadap musuh dari tim yang dibelanya sebagai konsekuensi dari fanatisme. Emotional component pada subjek terlihat dari adanya komitmen afektif yang bersifat positif seperti adanya rasa senang yang meluap-luap saat timnya menang atau juara serta diam atau menangis saat kalah, menganggap semua pemain sebagai pahlawan, berupaya mengendalikan anggota kelompoknya agar tidak bertindak anarkis, dan bangga dapat berkumpul dan bernyanyi bersama kelompoknya.