Daftar Isi:
  • Komunikasi visual telah menjadi bagian dari kehidupan manusia dewasa ini dalam bentuk gambar diam (Foto) dan gambar gerak (video atau film). Komunikasi visual atau bahasa gambar ini sendiri tidak hanya berfungsi untuk merekam keindahan dan hiburan, akan juga bisa di isi dengan pesan atau gagasan tertentu yang ingin disampaikan fotografer melalui medianya yaitu sebuah foto. Kehadiran foto dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari membuat kita berusaha menerjemahkan apa pesan atau makna yang ingin disampaikan melalui foto tersebut. Bagaimana tanda atau simbol dengan makna tertentu diselipkan dalam sebuah foto. Sehingga peneliti bertujuan untuk mengetahui makna atau gagasan apa yang terkandung dalam foto-foto pada buku Surabaya di luar bingkai. Buku Surabaya di Luar Bingkai ini sendiri merupakan buku yang diterbitkan oleh Centre Culturel et de Cooperation Linguistique de Surabaya yang berisi karya-karya dari lima orang fotografer Indonesia dan satu fotografer asal Perancis. Bagi sebagian orang, mungkin Surabaya adalah sebuah kota pelabuhan yang selalu tergesa-gesa, panas, dan tidak memiliki daya tarik budaya. Sebaliknya, di kota inilah berbagai macam budaya, adat, dan ras bercampur menjadi satu. Metodologi yang digunakan dalam penilitian ini adalah metodologi kualitatif dan pendekatan interpretatif. Sedangkan metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode semiotika, yang berfungsi untuk mempelajari tanda-tanda hingga melahirkan sebuah makna. Data primer dalam penelitian ini adalah foto-foto jurnalistik dalam buku Surabaya di Luar Bingkai. Pada penelitian ini peneliti berfokus pada elemen yang terdapat setiap foto yang nantinya melahirkan sebuah makna. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa representasi kehidupan kota Surabaya yang ditampilkan pada foto dalam buku Surabaya di Luar Bingkai mengandung 4 hal yang bisa dimengerti oleh peneliti yaitu, poverty (kemiskinan) masih dapat ditemui pada kota metropolitan seperti kota Surabaya dimana masih terdapat pemukiman liar ataupun daerah-daerah kumuh yang dijadikan tempat tinggal. Kedua, lifestyle (gaya hidup) dalam bidang fashion remaja perkotaan yang cenderung mengarah pada budaya fashion barat, perkembangan pesat dalam bidang fashion ini didukung dengan adanya tempat-tempat perbelanjaan modern seperti mall, distribution outlet, dan segala tempat perbelanjaan yang mendukung sehingga kebutuhan mereka akan perbaruan fashion dapat terpenuhi. Ketiga, perkonomian kota Surabaya, disisi lain perekonomian masyarakat kota Surabaya masih belum cukup merata. Dapat dilihat dari semakin tingginya gedung-gedung komersial yang berdiri sedangkan masih banyak juga ditemui daerah-daerah kumuh yang dijadikan sebagai wilayah tempat tinggal. Keempat, Surabaya sebagai kota majemuk, kemajemukan kota Surabaya ini dapat dilihat dari kehadiran berbagai macam golongan, baik dari golongan suku bangsa pribumi Indonesia, etnis pendatang, juga golongan-golongan yang terbentuk dari kemampuan perekonomiannya.