Representasi Kekerasan Pada Tayangan Sinetron Indonesia (Studi Analisis Isi Kuantitatif Tayangan Kekerasan Verbal Pada Top 5 Sinetron Indonesia Januari-Februari 2014)
Daftar Isi:
- Riset ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana representasi kekerasan verbal yang dimuat dalam tayangan sinetron Indonesia. Hal tersebut didorong oleh hasil dari beberapa data dan riset yang telah dilakukan sebelumnya. Televisi sebagai salah satu bentuk media massa menayangkan program yang paling populer di dunia, termasuk juga di Indonesia, yaitu sinetron (Pingree dan Cantor dalam Ahmed, 2012; Karo, 2010). Namun hasil penelitian Rasyid (2013) justru menjelaskan bahwa sinetron merupakan tayangan yang paling banyak menampilkan adegan kekerasan, sedangkan Huraerah (2011) mengatakan bahwa menonton adegan kekerasan di televisi menimbulkan efek negatif bagi penontonnya. Adapun bentuk kekerasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kekerasan verbal. Hendriyani (2010) menyebutkan bahwa bentuk kekerasan yang paling banyak muncul adalah kekerasan verbal. Pada penelitian ini kategori kekerasan verbal yang digunakan diadopsi dari penelitian Winarno (2004) yaitu asosiasi pada binatang, umpatan, stigmatisasi atau labelisasi, eufimisme dan disfemisme. Pada penelitian ini peneliti menggambarkan kekerasan verbal pada lima besar sinetron Indonesia 2014 berdasarkan rating AC Nielsen, yaitu sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series, Anak-anak Manusia, Diam-diam Suka, Tiba-tiba Cinta, dan Emak Ijah Pengen Ke Mekah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan positivistik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi. Adapun unit analisis yang digunakan dalam penelitian adalah unit sintaksis yang berupa kata-kata atau dialog dalam tayangan sinetron. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Penelitian ini dibantu oleh dua interkoder dengan realibilitas yang baik. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data bahwa tayangan lima sinetron merepresentasikan kekerasan verbal yang berupa asosiasi pada binatang, umpatan, eufimisme, stigmatisasi atau labelisasi dan disfemisme. Kekerasan verbal direpresentasikan sebagai salah satu dialog yang selalu muncul dalam setiap episodenya. Hal itu terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dari total 246 episode dari lima sinetron yang diteliti, hanya terdapat 13 episode yang tidak ditemukan unsur kekerasan verbal di dalamnya. Umpatan merupakan bentuk kekerasan verbal yang paling tinggi frekuensi kemunculannya. Sinetron yang semakin mendekati kecenderungan genre kehidupan bermasyarakat maka semakin menampilkan bentuk kekerasan verbal, sedangkan sinetron yang tidak mendekati kecenderungan genre kehidupan bermasyarakat maka lebih kecil dalam menampilkan bentuk kekerasan verbal.