Gaya Manajemen Konflik Antar Pribadi pada Pasangan Commuter Marriage (Studi Fenomenologi Pada Pasangan Tentara Pernikahan Usia Muda)
Daftar Isi:
- Pasangan commuter marriage dapat ditemui di mana saja dan tidak memandang profesi yang ada termasuk pasangan TNI. Pasangan TNI lebih sering menjalani commuter marriage karena tugas yang telah diperintahkan oleh komando atasannya sehingga mereka sering meninggalkan keluarganya dengan jangka waktu yang tidak ditentukan. Menjalani commuter marriage ini sebagai tantangan tersendiri bagi pasangan TNI pernikahan usia muda 0-5 tahun pertama, apalagi pasangan ini belum pernah melakukan commuter marriage sehingga tidak dipungkiri jika konflik maupun dialektika dapat terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana gaya manajemen konflik antar pribadi pada pasangan tentara pelaku commuter marriage pernikahan usia muda. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode penelitian fenomenologi. Informan di dapat menggunakan teknik snowball sampling sehingga mendapatkan informan sebanyak empat pasang atau delapan orang. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori dialektika relasional. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dialektika yang terjadi antara keinginan pasangan untuk mendekatankan diri atau menjauhkan diri dengan pasangan karena kesibukan kerja, keterbatasan komunikasi, waktu yang kurang tepat untuk berkomunikasi maupun bertemu dengan keluarga, serta konflik pribadi. Selanjutnya dialektika antara keinginan untuk terbuka atau tertutup dengan pasangan yaitu mereka mencoba untuk saling terbuka tetapi ada informasi yang dirahasiakan. Dialektika terhadap sesuatu yang baru dan hal yang dapat diprediksi di mana terdapat rutinitas jika seseorang berprofesi sebagai TNI sering meninggalkan keluarganya untuk menjalankan tugas serta tugas pekerjaan rumah dan mengurus anak di bebankan pada istri apalagi pasangan yang baru menikah dan yang telah memiliki anak masih balita. Gaya manajemen konflik pada penelitian ini ditemukan bahwa yang paling banyak digunakan oleh pasangan yakni gaya kolaborasi terdapat satu pasangan yang menggunakan gaya manajemen konflik kompromi dengan melibatkan pihak ketiga. Pasangan yang menjalani proses perkenalan yang cukup lama sebelum menikah tidak menjamin untuk menggunakan gaya manajemen konflik kolaborasi tetapi mereka lebih memilih menggunakan gaya manajemen konflik kompromi walaupun masing-masing pasangan sama-sama menjalani pernikahan selama 2 tahun hal ini terjadi karena perbedaan kepentingan dan karakter dari masing-masing pasangan.