Interpretasi Pemilih Pemula Terhadap Calon Legislatif, Partai Politik, Dan Isu-Isu Pada Pemilu Legislatif 2014 Di Kota Pasuruan

Main Author: Dewi, FayaPrima
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/121341/
Daftar Isi:
  • Partisipasi pemilih pemula dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain karakteristik sosial, identifikasi partai politik, orientasi kandidat, dan orientasi isu. Keempat faktor tersebut muncul sebagai konsekuensi dari sosialisasi politik, kampanye, dan media yang dilakukan dengan lingkungan, calon legislatif, dan partai politik selama masa kampanye Pemilu Legislatif. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana interpretasi pemilih pemula terhadap sosialisasi politik, kampanye, dan media yang dilakukan partai politik dan calon legislatif sehingga pemilih pemula di Kota Pasuruan yang berada di Kecamatan Bugul Kidul, Gadingrejo, Purworejo, dan Panggungrejo memutuskan untuk berpartisipasi dalam Pemilu Legislatif 2014.. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara interpretasi pemilih pemula terhadap calon legislatif, partai politik, dan isu-isu selama masa kampanye dengan pengambilan keputusan berpartisipasi para pemilih pemula yang menjadi informan dengan teknik snowball sampling dan melalui wawancara mendalam. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa menurut interpretasi mayoritas dari informan kunci, popularitas, reputasi, rekam jejak, dan ketokohan dalam partai merupakan bahan pertimbangan penting dalam memutuskan partai mana yang terbaik. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar informan kunci menilai negatif terhadap partai politik yang ada di Indonesia Dalam memilih, mereka lebih mengutamakan untuk menyeleksi dari sosok calon legislatif jika dibandingkan partai politiknya. Kecurangan seperti money politic dan politik dinasti menjadi beberapa faktor berkurangnya kepercayaan pemilih pemula terhadap sosok partai politik dan calon legislatif. Kurangnya waktu kampanye bagi para calon legislatif dan partai politik juga membuat penyampaian pesan komunikasi politik kepada pemilih menjadi kurang efektif. Dengan banyaknya kekurangan pada Pemilu Legislatif 2014 tersebut, pada akhirnya para pemilih pemula memutuskan untuk tetap memilih dengan memanfaat sejumlah informasi yang mereka dapatkan untuk menilai siapa calon wakil rakyat terbaik yang harus mereka pilih.