Daftar Isi:
  • Representasi menunjuk pada bagaimana seseorang, satu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam produk media. Beberapa tahun terakhir ini produsen film horor semakin berani dalam menyuguhkan sensualitas dalam judul filmnya. Eksploitasi tubuh seorang perempuan mulai banyak ditonjolkan dan digunakan sebagai komoditisasi alias pelaris. Perempuan dalam film, ditempatkan sebagai salah satu alat produksi. Eksploitasi perempuan dalam sebuah film, tak lepas dari peran sebagian perempuan yang sering bangga dianggap sebagai perempuan seksi, sehingga sering mendapatkan pembenaran dalam kalangan perempuan sendiri. Sementara sensualitas perempuan dalam film yang terlalu berlebihan, juga akan menimbulkan konflik sosial yang tidak sesuai dengan budaya timur, yang mengedapankan tata krama. Dapat dikatakan bahwa dalam beberapa media film horor di Indonesia menjadikan perempuan sebagai obyek eksploitasi untuk meningkatkan penjualan film. Padahal UU perfilman telah memberikan peringatan terkait dengan film yang imoral. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan tatanan analisis deskriptif dengan pendekatan analisis wacana kritis Sara Mills, karena titik perhatian dari model ini terutama pada wacana mengenai feminism. Sumber data penelitian yang digunakan lebih bersifat dari dokumen film, wawancara dan observasi. Analisis dilakukan dengan pendekatan Sara Mills, melalui analisis secara mikro dan analisis secara makro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis wacana kritis mikro, film horror yang menjadi objek penelitian menunjukkan adanya eksploitasi keseksian tubuh perempuan, terutama melalui kostum, mak up, setting adegan dan efek kamera. Secara analisis makro menunjukkan bahwa kedua film horror Bangkitnya Suster Gepeng dan Tali Pocong Perawan2 menempatkan audience sebagai penonton pasif. Selain itu kedua film tesebut tidak mampu mengangkat nilai social, dan hanya terkesan cerita biasa dengan eksploitasi tubuh perempuan.