Tingkat Kreativitas Guru Sd Dalam Penerapan Kurikulum 2013 (Studi Deskriptif Mix Method Terhadap Guru Sd Di Kecamatan Lowokwaru Kota Malang)

Main Author: Caesar, FarahTrinindia
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 1900
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/121044/1/TINGKAT_KREATIVITAS_GURU_SD_DALAM_PENERAPAN_KURIKULUM_2013.pdf
http://repository.ub.ac.id/121044/
Daftar Isi:
  • Pendidikan adalah salah satu hal yang penting di dalam hidup masyarakat. Salah satu acuan pendidikan di Indonesia adalah kurikulum. Kurikulum 2013 adalah kurikulum terbaru yang dipakai oleh pemerintah. Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang memakai system tematik. Dimana tidak ada lagi mata pelajaran, melainkan memakai system tema. Selain itu, pembuatan silabus, dalam kurikulum 2013 tidak lagi dibuat oleh guru. Melainkan dibuatkan oleh pusat. Sehingga diharapkan guru hanya fokus pada mengajar saja, tidak perlu direpotkan oleh pembuatan silabus. Akan tetapi, dengan bergantinya kurikulum, banyak kerepotan dalam pelaksanaannya di awal pemakaian kurikulum 2013. Salah satu tujuan kurikulum 2013 adalah mengajak guru untuk kreatif. Kreatifitas guru, sangat diperlukan demi menunjang kegiatan belajar mengajar. Tujuan penelitian ini adalah melihat hubungan kuasa kurikulum 2013 terhadap tingkat kreatifitas guru SD. Dalam penelitian ini, peneliti memakai teori Bourdieu mengenai kuasa simbolik, dimana kuasa dapat dilihat melalui tiga criteria yaitu, adanya legitimasi, doxa dari guru, dan adanya dominasi simbolik. Serta memakai konsep dari Dr. Ralph J. Hallman mengenai guru kreatif. Dalam penelitian ini menggunakan studi deskriptif dengan metode campuran. Kuantitatif untuk melihat tingkat kreatifitas guru dan kualitatif untuk melihat kuasa simbolik kurikulum. Sampel penelitian ini adalah guru SD di Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kreatifitas guru SD di kota malang terbilang tinggi, dengan rata-rata jawaban guru memilih tidak pernah sebanyak 1 persen, jarang sebanyak 32.6 persen, sering sebesar 36.1 persen, dan sangat sering sebesar 24.32 persen. Tetapi, di balik kreatifitas tersebut, terdapat kuasa dari kurikulum 2013 terhadap para guru. Kuasa tersebut bersifat simbolik, sehingga yang dikuasai tidak menyadarinya. Legitimasi yang diberikan pemerintah melalui UU dan peraturan, kurikulum yang telah lama dipakai sebagai pedoman pendidikan di Indonesia sehingga menjadi doxa, serta adanya dominasi dari kurikulum 2013 sehingga para guru harus memakainya sebagai pendoman pdalam mengajar. Pedoman ini juga adalah simbol yang dimiliki oleh kurikulum 2013, sehingga kurikulum mampu memaksa para guru untuk mau memakai kurikulum 2013 walau sesulit apapun. Pada akhirnya guru harus kreatif agar dapat mengikuti aturan yang dimiliki oleh kurikulum 2013.