Penggambaran Tokoh Putri (Princess) Dalam Film Kartun Disney (Analisis Komparasi Era Klasik vs Era Kontemporer)
Main Author: | KartikaFebriyanti, Dhian |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/120846/1/Dhian_Kartika_F._%280710023006%29.pdf http://repository.ub.ac.id/120846/ |
Daftar Isi:
- Film sebagai salah satu media massa dapat memberikan efek sosial kepada penontonnya, terutama anak-anak apabila di konsumsi secara terus menerus untuk menciptakan realitas mengenai perempuan. Maka pada penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penggambaran tokoh putri (princess) dalam film kartun Disney. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi kuantitatif dan kualitatif, dimana analisis isi kuantitatif sebagai data utama dari penelitian serta analisis isi kualitatif untuk mempertajam dengan memaknai lebih dalam dari data utama untuk menganalisa kecenderungan konstruksi perempuan dalam kemasan princess, pada penampilan fisik dan sifat internal tokoh Cinderella dan Merida yang merepresentasikan dari era klasik dan era kontemporer. Hasil dari penelitian ini, peneliti menemukan adanya pergeseran pada penggambaran tokoh princess klasik ke princess kontemporer. Pada penampilan fisik, jenis princess klasik cinderella merepresentasikan perempuan yang dilekatkan pada standar perempuan ideal dari penampilan fisik di media seperti rambut sempurna, tubuh kurus, kulit wajah putih, dan tekstur kulit flawless, pada sifat internalnya selalu dikaitkan dengan kepasifan, kepatuhan, dan kebergantungan. Sedangkan pada princess kontemporer merepresentasikan perempuan yang tidak berkaitan dengan gambaran perempuan ideal di media seperti rambut messy look, tubuh curvy, wajah bulat dengan tekstur freckless. Pada sifat internal, Merida merepresentasikan sebagai perempuan yang berdaya, melakukan aksi penyelamatan, dan terlepas dari peran serta relasi laki-laki atau pangeran. Disamping itu masih terdapat kontradiksi pada kedua princess tersebut, dimana media masih terlihat mempertahankan representasi pada kecantikan fisik dari princess klasik, seperti kulit yang putih, bentuk hidung, dan bentuk alis yang rapi masih ditampilkan. Sedangkan dari hasil penelitian sifat internal juga ditemukan kontradiksi bahwa jenis princess kontemporer masih terlihat mempertahankan representasi perempuan itu sendiri, seperti pada karakter ceroboh dan nurturing atau female modesty. Disney seakan menjadikan sebuah patokan gambaran perempuan princess yang dapat memberikan pesan kepada anak-anak bahwa perempuan yang cantik dan superior adalah perempuan princess Disney. Maka dari itu, dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa bahwa Disney sekali lagi meneguhkan konsep kecantikan yang sudah ada di media.