Kampret Representasi Dan Kritik Sosial (Analisis Semiotika Terhadap Tokoh kampret Dalam Pertunjukan Wayang Kampung Sebelah)

Main Author: Ulfa, Nurliana
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/120817/1/Skripsi_Nurliana_Ulfa2.pdf
http://repository.ub.ac.id/120817/
Daftar Isi:
  • Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui representasi dari salah satu tokoh wayang dalam pertunjukan Wayang Kampung Sebelah yang bernama ’Kampret’ serta kritik sosial yang disampaikan tokoh tersebut. Dalam pertunjukan Wayang Kampung Sebelah, tokoh Kampret adalah seorang pengangguran, terkesan preman, memiliki kebiasaan minum minuman keras, namun ia menjadi tokoh penyampai kritik sosial. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1.Bagaimana representasi tokoh Kampret yang digunakan sebagai penyampai kritik sosial dalam pertunjukan Wayang Kampung Sebelah? 2.Bagaimana kritik sosial yang disampaikan dalam pertunjukan Wayang Kampung Sebelah? Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Stuart Hall tentang representasi. Representasi adalah produksi makna yang ada di pikiran seseorang tentang objek-objek melalui bahasa. Sebuah seni pertunjukan, termasuk pertunjukan Wayang Kampung Sebelah terdapat proses produksi makna oleh dalang maupun anggota timnya melalui simbol-simbol yang terdapat dalam bentuk fisik wayang, karakter tokoh wayang, lagu, dan sebagainya. Selain itu terdapat pula proses konsumsi oleh penonton ketika pertunjukan tersebut berlangsung. Hall menyebut proses tersebut sebagai proses encoding yakni penciptaan tanda dan decoding atau pembacaan tanda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif eksplanatif dengan pendekatan semiotika. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melalui observasi pada pertunjukan Wayang Kampung Sebelah di beberapa daerah di Kota Surakarta, wawancara dengan dalang beserta tim sebagai informan utama, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Kampret merupakan representasi dari orang-orang yang kalah, yaitu jutaan rakyat Indonesia yang kehilangan kesempatan untuk menunjukkan potensi kepada bangsanya karena tersingkir oleh sistem pemerintahan yang korup dan nepotisme, sehingga mampu menyuarakan kritik sosial terhadap pemerintah. Representasi tokoh Kampret tersebut dapat diketahui dari identitas yang ia miliki yakni seorang pengangguran, peminum minuman keras, cenderung terkesan preman, namun cerdas, kritis, dan peduli terhadap bangsanya tanpa ada kepentingan terselubung. Identitas tersebut merupakan cerminan dari regulasi tim Wayang Kampung Sebelah yang menjunjung tinggi Pancasila. Maka kritik sosial yang disampaikan dalam pertunjukan tersebut pun menyoroti perilaku para pejabat pemerintahan yang mengabaikan nilai-nilai Pancasila.