Manajemen Percakapan Suami Istri Saat Stres Kerja (Studi pada Pasangan Suami Istri Karier di Kota Malang)

Main Author: Widhiasih, Astrid
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2013
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/120612/1/MANAJEMEN_PERCAKAPAN_SAAT_STRES_KERJA.pdf
http://repository.ub.ac.id/120612/
Daftar Isi:
  • Pada era globalisasi dimana semakin banyak pasangan suami istri yang memilih untuk sama–sama bekerja, stres kerja tidak dapat dihindari sehingga harus dapat teratasi dengan baik supaya tidak berdampak negatif pada hubungan interpersonal mereka misalnya dengan berkomunikasi interpersonal dengan pasangan yaitu dengan manajemen percakapan yang menjadikan komunikasi interpersonal menjadi efektif meskipun sedang mengalami stres kerja. Penelitian ini mendeskripsikan manajemen percakapan pasangan suami istri karier dalam menjaga hubungan saat menghadapi stres kerja di kota Malang. Dasar teori penelitian adalah manajemen percakapan dari Capella dalam Miller yang terdiri dari empat sub bahasan: manajemen giliran percakapan, manajemen perilaku vokal, manajemen gerak tubuh, dan manajemen perilaku verbal. Keempat sub bahasan ini digunakan untuk menjelaskan bagaimana pasangan suami istri karier mengatur percakapan saat mengalami stres kerja. Selain itu teori komunikasi yang digunakan adalah komunikasi interpersonal dalam pernikahan dari Evangelisti dan Gamble & Gamble; tujuan komunikasi interpersonal dari Pace dan Dobkin; hubungan interpersonal dari Rakhmat. Serta teori stres kerja dari Greenberg, Luthans, dan Robins. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif dan data dikumpulkan melalui interview mendalam dan studi kepustakaan. Informan penelitian merupakan lima pasangan suami istri karier yang berdomisili di Kota Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam manajemen giliran percakapan ada dominasi dari pihak istri tanpa mengurangi kesempatan suami untuk berpartisipasi dalam percakapan. Dalam manajemen perilaku vokal ditemukan terjadinya penyesuaian volume untuk menjaga keseimbangan peran dan hubungan. Dalam manajemen gerak tubuh terdapat perbedaan keinginan terhadap jarak interpersonal (proximity) saat mengalami stres kerja. Sedangkan dalam manajemen verbal ditemukan adanya kecenderungan saling menyamai derajat self diclosure baik pada informan perempuan maupun pria, pemilihan topik berupa hal-hal terkait kehidupan di luar kantor, serta pemilihan kata-kata tertentu yang diupayakan tidak memicu emosi dan konflik. Selain manajemen percakapan yang terjalin, dibutuhkan tiga faktor, yaitu berupa percaya, sikap dukungan serta sikap terbuka untuk menciptakan komunikasi interpersonal yang semakin efektif.