Culture Shock dan Negosiasi Identitas Diri Diri Lingkungan Baru (Studi Autoethnography tentang Proses Penyesuaian Diri ke Budaya Akademik Universitas Brawijaya Malang)
Main Author: | Kristian, Sonny |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2013
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/120463/1/SKRIPSI.pdf http://repository.ub.ac.id/120463/ |
Daftar Isi:
- Pada tempat yang berbeda tentu memiliki suatu latar belakang budayanya masing-masing, yang nampak pada bahasa, gaya hidup, pergaulan, hingga cara berpakaian. Setiap orang yang berasal dari luar daerah tertentu maka akan mengalami suatu kekagetan budaya (culture shock) karena merasa budaya yang dijumpai tidak sesuai dengan budaya yang selama ini melekat pada dirinya. Pada tahapan culture shock, seseorang akan mengalami suatu penyesuaian diri pada lingkungan tempat baru tersebut hingga pada akhirnya merasa nyaman. Pada proses adaptasi, tersebut seseorang akan mengalami suatu penegosiasian identitas dirinya sehingga mampu sesuai dan nyaman dengan lingkungan baru tersebut. Peneliti melihat bahwa pengalaman yang dialami dapat menjadi suatu penelitian yang menarik, senada dengan Dale Spender (dalam Reinharz, 2005) yang menyatakan bahwa pengalaman semua manusia adalah valid dan dapat menjadi data penting dalam sebuah penelitian. Tujuan penelitian ini adalah memahami dan menganalisa proses yang dialami peneliti ketika mengalami perubahan dan penyesuaian budaya akademik ke budaya akademik Universitas Brawijaya Malang dengan metode autoethnography, serta mengetahui bentuk-bentuk perubahan-perubahan dan penyesuaian apa saja dalam ranah budaya akademik yang terjadi pada saat peneliti mengalami perubahan dan penyesuaian budaya akademik ketika harus melanjutkan pendidikan di Universitas Brawijaya Malang. Dalam penelitian ini, penelitian selain mendapatkan data melalui refleksi diri juga melalui wawancara mendalam pada significant others untuk mendukung data penelitian agar bersifat obyektif. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dan data penelitian yang dianalisa disajikan dalam narasi subyektif berbentuk autoethnography yang menuturkan refleksi diri peneliti terhadap dirinya maupun refleksi diri peneliti yang berasal dari pendapat para significant others. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penelitian ini menunjukkan bahwa fenomena Culture Shock tidak selalu berbicara mengenai hal-hal yang negative dan merugikan saja, namun juga dapat memunculkan sebuah keuntungan dan perubahan yang positif dan berguna bagi yang mengalaminya. Penelitian berikutnya dapat mengkaji lebih dalam lagi mengenai hal-hal yang lebih kompleks dalam suatu pengalaman hidup dan interaksi diri, misalkan mengenai proses, sebab, dan akibat terjadinya suatu konflik dalam diri seseorang