Kepuasan Komunikasi Dan Kinerja Karyawan (Studi Korelasi Antara Kepuasan Komunikasi Dan Kinerja Karyawan Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Surabaya)
Main Author: | Setiawan, Rangga |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2013
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/120431/1/Kuesioner_Kepuasan_Komunikasi.pdf http://repository.ub.ac.id/120431/1/Skripsi_Rangga.pdf http://repository.ub.ac.id/120431/1/Cover.pdf http://repository.ub.ac.id/120431/2/DAFTAR_PUSTAKA.pdf http://repository.ub.ac.id/120431/3/Kuesioner_Kinerja_Karyawan.pdf http://repository.ub.ac.id/120431/ |
Daftar Isi:
- Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat tidak berkomunikasi. Hampir seluruh kegiatan manusia mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi merupakan kegiatan komunikasi, sesuai dengan aksiomaSmith dan Williamson yang dikutip Effendi (1992:18) berbunyi “seseorang tidak dapat tidak berkomunikasi (A person cannot not communicate)”, komunikasi menjadi proses yang vital dalam kehidupan manusia. Tidak terkecuali dalam kehidupan berorganisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan lancar dan begitu pula sebaliknya, kurang atau tidak adanya komunikasi, organisasi dapat macet atau berantakan. Komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi disebut komunikasi organisasi. Katz dan Kahn mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi (Muhammad, 2007). Komunikasilah yang memungkinkan terjadinya pencapaian tujuan bersama organisasi, tidak hanya sekedar penyampaian informasi saja.Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang buruk dipandang sebagai hal yang paling sering disebut-sebut menjadi sumber konflik antar pribadi, karena individu menghabiskan waktu sadarnya hampir 70% untuk berkomunikasi misalnya menulis, membaca, berbicara, dan mendengar (Masmuh, 2008).Dari penelitian tersebutpeneliti berpendapat bahwa kekuatan yang paling menghambat keberhasilan kinerja kelompok adalah kurangnya komunikasi yang efektif. Zelko dan Dance dalam Muhammad (2007) mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal merupakan komunikasi yang terjadi didalam organisasi itu sendiri seperti komunikasi dari atasan ke bawahan, komunikasi dari bawahan ke atasan, dan komunikasi antar sesama karyawan. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya, seperti komunikasi dalam penjualan hasil produksi dan komunikasi dengan masyarakat umum. Dalam komunikasi bisnis, segala strategi dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, termasuk kinerja yang baik dari pihak eksternal maupun internal organisasi. Kepuasan komunikasi karyawan sebagai pihak internal organisasi tentunya juga mempengaruhi kinerja karyawan. Istilah kepuasan komunikasi digunakan untuk menyatakan “Keseluruhan tingkat kepuasan yang dirasakan pegawai dalam lingkungan total komunikasinya” (Redding, dikutip dari Arifin, 2005).Konsep kepuasan komunikasi cenderung lebih menyoroti tingkat individu dan pribadi. “Kepuasan komunikasi menunjukkan kepada bagaimana baiknya informasi yang tersedia memenuhi persyaratan permintaan anggota organisasi akan tuntutan bagi informasi, dari siapa datangnya, cara disebarluaskan, bagaimana diterima, diproses dan apa respons orang yang menerima.” (Pace dan Faules, 2005:164). Hal ini menunjukkan bahwa perasaan puas yang ingin dimiliki anggota organisasi mempengaruhi perilakunya dalam berkomunikasi. Jika anggota organisasi merasa puas mendapatkan informasi yang dikomunikasikan dengan cara yang konsisten sesuai apa yang diharapkan, bisa dikatakan anggota tersebut mengalami kepuasan komunikasi (Muhammad, 2007:88). Selanjutnya ketika seorang karyawan mendapatkan kepuasan dalam komunikasi organisasinya, diharapkan kinerja karyawan tersebut meningkat. Hal ini ditekankan oleh Wahyuni (2009) dalam penelitiannya yang menunjukkan bahwa komunikasi organisasi berhubungan langsung terhadap kinerjakaryawan.Kinerja sendiri menurut Irawan yang dikutip dari Sedarmayanti (2004:177), terdiri dari lima hal yaitu hasil kerja, proses atau organisasi, terbukti secara konkrit, dapat diukur, dan dapat dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan. Bagi karyawan baru, prestasi kerja merupakan bukti dari pemahaman mereka terhadap pekerjaan, sedangkan bagi karyawan lama prestasi kerja merupakan umpan balik terhadap perilaku baik mereka. Penghargaan terhadap hasil kinerja melalui komunikasi yang baik dapat memicu peningkatan kinerja. Secara lebih rinci, Income Data Service, London, dalam Arifin (2005) dari penelitiannya mengenai kriteria pengukuran kinerja menyimpulkan bahwafaktor-faktor kinerja yang paling sering digunakan sebagai indikator penelitian adalah:pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan kerja, sikap terhadap pekerjaan (antusiasme,komitmen, dan motivasi), kualitas kerja, volume hasil produksi dan interaksi (komunikasi, hubungan dalam kelompok). Artinya kinerja seseorang dapat diukur sesuai dengan indikator-indikator tertentu apakah hasilnya baik atau tidak. Dalam penelitian terdahulu terhadap organisasi jasa dan manufakturyang dilakukan oleh Clampitt dan Downs(dalamArifin 2005) diungkapkan delapan dimensi kepuasan komunikasi yang berhubungan terhadap kinerja karyawan. Sedangkan menurut Pincus dalamArifin (2005), pada studi lapangan 327 perawat rumah sakit, terdapat hubungan positif antara komunikasi dan kinerja; tetapi kepuasan komunikasilebih kuat, khususnya dalam komunikasi supervisor, iklim komunikasi, danumpan balik personal. Artinya, kepuasan komunikasi jelas memberi andil dalam kepuasan kerja, meskipun kepuasan tidak memacu para individu untuk mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi. Penelitian mengenai kepuasan komunikasi sudah banyak dilakukan sebelumnya, terutama di Amerika dan Eropa. Peneliti tertarik melakukan penelitian ini karena peneliti melihat adanya perbedaan budaya dalam hal komunikasi di Indonesia dengan di luar negeri. Di Indonesia, khususnya di Jawa, budaya berkomunikasi dengan orang lain ada tata caranya atau biasa disebut dengan unggah-ungguh (cari sumber). Kepada orang yang lebih tua atau saudara, dalam berkomunikasi harus dengan bahasa yang halus dan sopan. Dalam organisasi terutama lingkungan kerja, tentunya komunikasi yang digunakan berbeda dengan lingkungan diluar kerja. Dari deskripsi di atas, dapat disimpulkan jika situasi kepuasan komunikasi adalah situasi yang terjadi dalam setiap organisasi, termasuk Dinas Kebudayaan dan PariwisataKota Surabaya, yang dijadikan objek bagi penelitian ini. Dinas Kebudayaan dan Periwisata merupakan salah satu instansi pemerintah yang berfungsi untuk melaksanakan urusan pemerintahan dalam bidang kebudayaan dan pariwisata. Seperti dinas dalam lingkungan pemerintahan lainnya, organisasi ini berbentuk birokrasi. Secara otomatis organisasi birokrasi memiliki pola komunikasi yang berjenjang dan kompleks (Hatch, 2006). Konsep organisasi birokrasi (Bereaucracy) yang dicetuskan Max Weber dalam Clegg dan Baumeler (2010) adalah sebuah organisasi yang ideal, dengan tujuan yang rasional, serta sangat efisien yang didasarkan atas prinsip-prinsip yang masuk akal, teratur serta wewenang formal. Dalam prakteknya, istilah birokrasi dan birokrat sering mempunyai konotasi yang negatif.Sekarang, bentuk organisasi ideal menurut Weber ini sering dikaitkan dengan hal-hal yangkurang menyenangkan seperti kertas yang bertumpuk, prosedur yang terlalu lama dan berbelit-belit,lambat dalam menangani permasalahan, kaku dalam menghadapi perubahan kebutuhankonsumen atau klien, keengganan untuk berubah, serta sifat apatis dari para karyawan. Berdasarkan fungsinya, maka Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memiliki hubungan yang luas, baik hubungan secara internal maupun eksternal. Hubungan internal yang terjadi dalam Dinas Kebudayaan dan Pariwisata meliputi semua aktivitas yang terjadi dalam tubuh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tersebut, misalnya: hubungan antara kepala dinas dengan tiap bidang, hubungan antar bidang, dan hubungan antar bidang dengan sub-bidang yang ada. Hubungan eksternal yang terjadi meliputi hubungan kerjasama antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya dengan pihak swasta maupun dengan masyarakat umum. Berkaitan dengan hubungan eksternal, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memiliki tugas untuk mempromosikan wisata yang ada di Kota Surabaya, baik kepada wisatawan asing maupun wisatawan domestik. Pelaks