Konflik Etnis Dalam Penguasaan Sumber Daya Alam Kajian Konstelasi Konflik Masyarakat Komering dan Bali di Desa Tugu Mulyo, Sumatera Selatan
Daftar Isi:
- Latar belakang sebagai negara multietnik bisa menjadi kelebihan tersendiri sekaligus potensi konflik bagi Indonesia, seperti isu-isu SARA dan stereotipe antarsuku. Di desa Tugu Mulyo, Kab. OKI, Sumatera Selatan terdapat kondisi konflik antara masyarakat asli (masyarakat etnis Komering) dengan masyarakat pendatang (masyarakat etnis Jawa dan Bali) yang selanjutnya peneliti sebut dengan istilah konflik Komering. Peneliti melakukan penelitian dengan fokus pada historisasi, konstelasi dan faktor eksistensi yang menyebabkan konflik tetap ada di desa Tugu Mulyo hingga saat ini. Metode yang digunakan adalah metode studi kasus eksplanatoris dengan teori konflik Ralf Dahrendolf, Lewis A. Coser dan analogi pilar sebagai dasar analisis. Pengumpulan data melalui wawancara sambil lalu, mendalam dan dokumentasi. Historisasi konflik Komering diawali program transmigrasi pemerintah dari pulau Jawa dan Bali ke daerah tujuan Belitang, Sumatera tahun 1960 dan 1970-an. Para transmigran melakukan kegiatan translokal keluar Belitang menuju desa Tugu Mulyo yang sudah berpenghuni etnis Komering pada tahun 1980-an. Masyarakat etnis Jawa dan Bali mahir dalam kegiatan pertanian, tetapi tidak begitu dengan etnis Komering. Masyarakat etnis pendatang terutama etnis Bali semakin memperluas lahan pertaniannya dengan membuka hutan dan membeli lahan dari masyarakat etnis Komering yang tidak digarap untuk mencoba perkebunan karet pada tahun 2000-an dan tahun 2007 perkebunan karet menjadi tren perkebunan yang menghasilkan keuntungan lebih besar daripada pertanian sawah di Tugu Mulyo. Perluasan lahan menyebabkan masyarakat etnis Komering tersingkir dan berpindah ke daerah lain. Kesuksesan masyarakat pendatang menciptakan kesenjangan antara masyarakat pendatang dengan masyarakat Komering. Hal ini menyebabkan masyarakat Komering mudah tersulut untuk berkonflik dengan masyarakat etnis pendatang terutama kepada masyarakat etnis Bali, tetapi karena masyarakat etnis Bali memiliki solidaritas yang tinggi dengan sesama suku Bali, membuat masyarakat etnis Jawa yang menjadi sasaran kemarahan masyarakat Komering. Konstelasi dan eksistensi konflik Komering memiliki keterhubungan, diantaranya faktor ekonomi yang berpengaruh pada faktor sosial, komunikasi masyarakat antaretnis. Kondisi pemerintahan Tugu Mulyo yang berbentuk desa dan tingginya peran tokoh etnis daripada pemerintah desa membuat konflik Komering tetap eksis hingga saat ini, bahkan memiliki potensi untuk berkembang menjadi konflik yang lebih besar jika tidak segera ditangani.