Pola Adaptasi Masyarakat Di Kawasan Bantaran Sungai (Studi Pada Masyarakat Rukun Warga (RW) 10 Kelurahan Tanjungrejo Kecamatan Sukun Kota Malang)
Daftar Isi:
- Bantaran sungai pada mulanya memiliki fungsi sebagai lahan peresapan air, namun yang terjadi saat ini fungsi ekologis tersebut bergeser karena banyak berdirinya permukiman warga. Seperti halnya pada warga RW.10 Kelurahan Tanjungrejo Kecamatan Sukun Malang yang mendirikan tempat tinggal di kawasan Bantaran Sungai Metro. Hal tersebut disebabkan karena minimnya tingkat perekonomian, selain itu warga merupakan pendatang yang berasal dari berbagai perkampungan di wilayah Malang maupun di daerah luar Malang. Penelitian mengenai adaptasi ini bertujuan untuk mendeskripsikan alasan masyarakat memilih kawasan Bantaran Sungai Metro sebagai lahan permukiman hingga saat ini serta memahami pola adaptasi warga di Kawasan Bantaran Sungai Metro. Penelitian ini menggunakan konsep teori sistem terbuka yang dikemukakan A. Terry Rambo, dalam teori tersebut menjelaskan hubungan timbal balik antar dua komponen lingkungan Ekosistem dan Sistem Sosial, hubungan tersebut dijembatani oleh arus Energi, Materi dan Informasi yang dapat membantu proses adaptasi antar keduanya. Jenis penelitian adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Fokus penelitiannya pada alasan perpindahan warga serta pola adaptasi yang dilakukan di Kawasan Bantaran Sungai Metro, namun lebih ditekankan pada penyesuaian diri warga terhadap lingkungan bantaran Sungai Metro. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat menempati kawasan tersebut, karena minimnya tingkat perekonomian dan perpindahan yang disebabkan keinginan untuk mendekati sebuah mata pencaharian (pekerjaan), yang kemudian dihubungkan pada ketahanan atau kemampuan untuk beradaptasi melalui pengorganisasian sistem sosial (warga) sehingga terbentuk kebersamaan untuk selalu menjaga ekosistem lingkungan (bantaran sungai/sungai), antara sistem sosial dan ekosistem pada akhirnya terjalin hubungan timbal balik. Hingga saat ini warga Tanjungrejo mampu bertahan hidup dengan resiko bencana longsor dan banjir yang cukup tinggi, hal tersebut dikarenakan warga memiliki berbagai cara dan kemampuan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup mereka dengan mempererat ikatan kebersamaan yang berlandaskan Marga Bhakti dalam kehidupan bermasyarakat, yang kemudian digunakan untuk saling sadar dan membiasakan tindakan mereka dalam menjaga lingkungan. Upaya tersebut dimaksudkan sebagai bentuk adaptasi yang tentunya telah terdapat proses seleksi dan perubahan di dalamnya.