Konflik Sosial di Sentra Keramik Dinoyo (Studi Kasus Mengenai Konflik antara Pemilik Gerai Keramik dengan Paguyuban Keramik Dinoyo di JL. MT. Haryono- Malang)
Main Author: | Nugroho, LukyDarwisDwi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 1900
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/120279/1/051204588.pdf http://repository.ub.ac.id/120279/ |
Daftar Isi:
- Penelitian ini membahas tentang konflik yang terjadi antara pemilik gerai keramik dengan paguyuban keramik Dinoyo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pemetaan konflik yang terjadi antara pemilik gerai keramik dengan paguyuban keramik Dinoyo serta untuk mengetahui tahapan resolusi konflik yang terjadi pada konflik tersebut. Dalam penelitian ini digunakan teori konflik Ralf Dahrendorf mengenai kekuasaan dan wewenang serta Randall Collins yang mengelompokkan bentuk konflik menjadi wealth, prestige, power yang dipandang sebagai kekayaan, status, dan senjata. Di samping itu peneliti juga dapat mengetahui perubahan yang terjadi di lingkungan keramik Dinoyo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Untuk pengumpulan data peneliti menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah konflik persaingan harga dan kecemburuan sosial yang sangat menonjol. Konflik persaingan dagang terjadi karena tidak ada kesepakatan harga secara kolektif sehingga muncul kompetisi untuk menguasai pasar dan hal tersebut juga dapat memunculkan kecemburuan sosial karena harga suatu barang yang ditetapkan berbeda-beda disetiap gerai keramik . Kemudian konflik antara pemilik gerai keramik dengan paguyuban keramik Dinoyo terkait dengan masalah kebijakan yang menyimpang, yang sering dilakukan oleh pihak paguyuban. Pemilik gerai keramik juga selaku anggota paguyuban juga sangat menyayangkan hal tersebut. Peran ganda yang dimiliki beberapa pengurus paguyuban juga menimbulkan konflik, terlebih ketika ada bantuan-bantuan yang disalurkan, pengurus paguyuban yang beberapa memiliki pabrik pribadi dan gerai keramik sering menerima bantuan berupa alat-alat produksi, sedangkan pemilik gerai keramik tidak mendapatkan bantuan apa pun karena peran mereka hanya memasarkan, menjual, dan menerima pemesanan produk keramik.