Pengembangan Kapasitas Petani Di Lingkar Tambang Pt. Newmont Nusa Tenggara (Analisis Proses Pertukaran Sosial Pada Program Pengembangan Pertanian Masyarakat)

Main Author: Fahrunnisa
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2012
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/120223/1/051203461.pdf
http://repository.ub.ac.id/120223/
Daftar Isi:
  • PT. Newmont Nusa Tenggara bergerak di sektor pertambangan dan berkonstribusi terhadap perekonomian nasional Indonesia. Namun keberdaannya tidak lepas dari dampak negatif akibat operasi. Wilayah yang paling terdampak tentunya yang berada di lingkar tambang. Sebagai wujud tanggung jawab sosial, PTNNT melaksanakan program kemasyarakatan yaitu pengembangan pertanian yang terfokus pada pengembangan kapasitas petani. Dalam kegiatan tersebut, petani dibekali dengan serangkaian pengetahuan teknologi baru pertanian. Setelah berjalannya program muncul masalah dimana petani yang dibekali pengetahuan kembali mempraktikkan pola pertanian lama setelah lepas dari proses dampingan. Melalui penelitian ini bermksud untuk mengetahuai bagaimana pengembangan kapasitas petani lingkar tambang yang dilaksanakan PTNNT. Penelitian ini menggunakan teori pertukaran sosial dari Peter Blau. Dengan demikian, peneliti dapat mengetahui bagaimana petani tertarik untuk bergabung dalam kelompok, siapa-siapa pihak yang memegang peran dalam pengembangan kapasitas, serta pelaksanaan pengembangan kapasitas itu sendiri. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian memaparkan pengembangan kapasitas merupakan hasil dari pertukaran sosial antara masyarakat, pemerintah dan PTNNT. Pertukaran terjadi karena tujuan yang ingin dicapai masing-masing pihak. Pemerintah menginginkan pemasukan negara, masyarakat menginginkan percepatan pembangunan, dan PTNNT mengharapkan ijin formal dari pemerintah serta ijin non-formal dari masyarakat berupa kekondusifitasan. Pengembangan kapasitas petani dilaksanakan mitra perusahaan yaitu yayasan lokal. Pihak yayasan disebut dengan pendamping lapangan dan petani sebagai petani dampingan. Kegiatan utama dalam pengembangan kapasitas yaitu Sekolah Lapangan (SL) dan LAKU (Latihan dan Kunjungan). SL belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya karena ada beberapa aspek teoritis yang belum diterapkan. Difrensiasi kekuasaan terlihat jelas, dimana pendamping lapangan terlalu instruktif, padahal dalam kegiatan ini petani sendiri yang harus terlibat aktif dan pendamping hanya sebagai pemandu berjalannnya kegiatan. Difrensiasi kekuasaan muncul disebabkan ijin yang diberikan perusahaan kepada yayasan. Disamping itu terdapat keabsahaan kekuasaan dalam kelompok, yaitu pemaksaan nilai-nilai atau peraturan dalam kelompok. PL cendrung memaksakan teknik yang diperkenal kepada petani dampingan untuk diterapkan sepenuhnya. Sehingga kecendrungan petani tidak mempraktikkan kembali pengetahuan setelah pendampingan selesai. Sementara dalam sisitem LAKU, kunjungan silang antar petani dampingan yang berhasil bahkan gagal perlu ditingkatkan agar petani belajar dari pengalaman.