Kearifan Lokal Masyarakat Tengger Dalam Pengurangan Resiko Bencana Gunung Bromo (Studi Mitigasi Desa Ngadirejo Kec. Sukapura, Kab. Probolinggo, Jawa Timur)

Main Author: BobsaidRahmad
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2012
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/120191/1/051203432.pdf
http://repository.ub.ac.id/120191/
Daftar Isi:
  • Penelitian ini membahas tentang Kearifan Lokal Tengger dalam Pengurangan Resiko Ancaman Bencana Gunung Bromo dan peningkatan Kapasitas masyarakat lokal dalam pengurangan resiko Ancaman Bencana Gunung Bromo. Bencana merupakan fenomena alam yang terjadi tanpa terpediksi, maka dari itu upaya pengurangan resiko dalam mitigasi bencana tentunya perlu dilakukan oleh masyarakat lokal yang tinggal didaerah rawan bencana seperti masyarakat Tengger. Masyarakat Tengger yang tinggal di daerah rawan bencana selama ini tentunya mempunyai cara beradaptasi dengan bencana, dalam hal ini yaitu praktek empiris masyarakat Tengger ataupun leluhur mereka yang telah turun temurun di tularkan dalam elemen-elemen budaya. Merujuk dari penanggulangan bencana berbasis komunitas salah satu upayanya adalah pengurangan resiko yaitu dengan peningkatan kapasitas lokal yang berasal dari elemen tersebut untuk mengurangi kerentanan. Sehingga resiko bencana baik korban materil ataupun non materil yang dihasilkan bisa diminimalkan. Penelitian ini menggunakan teori Bourdieu mengenai Praktek sosial, dengan analisis khasnya melihat struktur subjektif dan objektif, seperti bahwa praktek sosial di bentuk dari modal x habitus + Ranah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan Etnografi Baru Spredley yang memperkenalkan model penelitian maju bertahap, yakni mencoba mengeksplorasi kearifan lokal budaya Tengger dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memunculkan domain-domain yang dapat dipakai dalam menganalisis makna sebuah peristiwa berdasarkan pandangan masyarakat lokal tersebut, informan yang di pilih yang terenkulturasi dengan baik sehingga peneliti dalam hal ini dapat belajar dari masyarakat tersebut lebih banyak dan memunculkan persepsi masyarakat tentang bencana dan penanggulangannya dengan sendirinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Masyarakat Tengger pada umumnya memiliki praktek kearifan lokal yang dapat mengurangi resiko bencana baik secara fisik maupun non fisik yang berasal dari modal budaya mereka. Namun sayangnya beberapa modal budaya yang ditinggalkan membuat masyarakat memiliki kerentanan terhadap bencana. Karena itu generalisasi penanggulangan bencana di Indonesia sebenarnya tidak efektif untuk dilakukan karena kemajemukan budaya.