Representasi Feminisme Islam dalam Film Indonesia: Analisis Semiotik tentang Feminisme Islam Pada Tokoh Anisa Dalam Film Perempuan Berkalung Sorban
Main Author: | Kurniawan, RiskyRosadi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2011
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/120107/ |
Daftar Isi:
- Sebagai salah satu media komunikasi, film merupakan sebuah media yang sangat efektif dalam mempengaruhi gaya hidup dan cara berpikir masyarakat karena kekuatan dan kemampuan film dalam menjangkau banyak segmen sosial. Film Perempuan Berkalung Sorban adalah sebuah film Indonesia yang mengangkat tema perempuan. Film ini menunjukkan perempuan yang mengalami ketidakadilan dalam hidupnya karena lingkungannya yang menganut sistem patriarkhi yaitu sistem kekerabatan di dalam masyarakat dimana laki-laki memegang peranan yang lebih besar dan lebih banyak dari perempuan atau dengan kata lain sistem yang didominasi oleh kaum laki-laki. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui representasi feminisme Islam dalam film Perempuan Berkalung Sorban. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif berjenis interpretatif dengan pendekatan semiotika model Roland Barthes untuk membahas lingkup makna yang lebih besar dengan membedakan makna denotatif dan konotatif dari serangkaian tanda dalam film. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa Anisa mendapat perlakuan yang tidak adil dari lingkungannya sebagai seorang perempuan. Bentuk ketidakadilan yang diperolehnya sejak kecil ia tidak diperbolehkan untuk belajar naik kuda seperti kedua kakak laki-lakinya hanya karena Anisa seorang perempuan. Kemudian Anisa juga tidak diperbolehkan melanjutkan studi ke luar daerah tempat tinggalnya jika Anisa belum menikah. Ada juga ketika Anisa dipaksa untuk menikah dengan pilihan orang tuanya. Namun akhirnya Anisa mampu membuktikan bahwa seorang perempuan seperti dirinya bisa melakukan sesuatu yang berpengaruh bagi lingkungan disekitarnya tanpa bantuan orang lain terutama laki-laki. Anisa mampu membuktikan bahwa ia bisa menghidupi dirinya sendiri ketika ia kuliah di Yogyakarta. Dan puncak keberhasilannya ketika Anisa mampu mengubah pola pikir para santriwati di pesantren Al-Huda bahwa para santriwati tersebut juga memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan ingin seperti apa mereka nantinya ketika hidup di masyarakat.