Makna sungai bagi masyarakat pinggiran Sungai Musi Desa Kayuara (studi etnografi mengenai budaya kayo di Desa Kayuara, Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan)
Main Author: | Ferdyansyah |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2011
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/120093/ |
Daftar Isi:
- Penelitian ini menggunakan teori interaksionisme simbolik yang dijabarkan oleh Herbert Blumer. Teori tersebut digunakan untuk menganalisis makna sungai bagi masyarakat pinggiran Sungai Musi Desa Kayuara yang tercermin dalam budaya kayo . Dalam budaya kayo terdapat interaksi masyarakat terkait pemanfaatan sungai dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk memahami budaya kayo tersebut maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi. Teknik pengumpulan dan analisis data digunakan dengan mengikuti Alur Penelitian Maju Bertahap seperti yang dikemukakan oleh Spradley. Hasil dari penelitian ini adalah Sungai Musi menjadi ruang dan pusat aktifitas masyarakat. Setiap harinya dapat dilihat berbagai macam interaksi masyarakat yang menjadikan Musi sebagai pusat pemenuhan kebutuhan hidup seperti pemenuhan kebutuhan air minum, MCK, nafkah dan sebagainya. Selain itu Musi juga menjadi ruang interaksi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosialnya. Masyarakat melakukan interaksi antar sesamanya setiap hari. Interaksi antara masyarakat dan Sungai Musi dihubungkan oleh batang yang menjadi fasilitas yang mempermudah segala aktifitas masyarakat yang berhubungan dengan Sungai Musi. Di batang masyarakat melakukan interaksi dan pertukaran informasi. Batang dalam hal ini menjadi sarana sosialisasi masyarakat. Masyarakat mengalami banyak pembelajaran melalui interaksi antar sesamanya. Masyarakat mengembangkan cara-cara berpikirnya yang kemudian berpengaruh pada perilaku mereka. Cara masyarakat memperlakukan sungai adalah suatu hal yang mereka pelajari secara terus menerus melalui interaksinya di batang. Sungai Musi yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Desa Kayuara secara sengaja ternyata telah dicemari sendiri oleh masyarakat setempat. Ini menunjukkan sebuah paradoks dalam kehidupan masyarakat Desa Kayuara. Masyarakat yang menganggap Sungai Musi sebagai penopang kebutuhan hidupnya telah menjadikan Sungai Musi sebagai tempat pembuangan sampah. Dalam hal lain, masyarakat yang begitu akrab dengan lingkungan ternyata masih mempercayai kekuatan gaib sebagai penguasa alam. Masyarakat Desa Kayuara mempercayai bahwa di Sungai Musi terdapat kekuatan gaib yang menguasai sungai tersebut dan seringkali menginginan tumbal. Kepercayaan masyarakat dengan mitos tersebut menambah kompleksitas kehidupan masyarakat