Kesadaran Ekologis Perempuan dalam Pemanfaatan Sungai Pekalen (Studi Etnometodologi Mengenai Ekofeminisme Sosial di Desa Maron, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo)
Main Author: | Rozalinna, GentaMahardhika |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2011
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/120019/ |
Daftar Isi:
- Penelitian ini membahas tentang kesadaran ekologis perempuan terhadap sungai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan memahami kesadaran ekologis perempuan di Desa Maron yang dilatarbelakangi oleh bangunan konstruksi gender (budaya patriarki). Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai kontribusi referensi sosiologi lingkungan, khususnya ditinjau dari perspektif ekofeminisme sosial serta pemberdayaan perempuan. Penelitian ini menggunakan perspektif teori ekofeminisme sosial dimana peneliti memfokuskan pada hubungan antara kaum laki-laki yang mendiskriminasi perempuan dalam hubungannya dengan Sungai Pekalen melalui konsepsi blamed to the victim . Menurut ekofeminisme sosial, laki-laki disimbolkan sebagai pihak yang memiliki akal serta status yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Kondisi seperti ini membuat perempuan terdiskriminasi yang dapat terlihat pada aktifitas sehari-hari di Sungai Pekalen. Perempuan mengerjakan beban berlebih yang membuat dirinya tertuduh dalam kasus pencemaran sungai. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan etnometodologi. Analisis etnometodologi menguraikan interpretasi percakapan dan gesture yang dilakukan oleh subjek penelitian selama proses pengambilan data langsung. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara, membuat field notes , dan melakukan rekaman. Selain itu foto-foto di lapangan, kajian pustaka, jurnal penelitian ilmiah, dan internet juga dilakukan untuk mendukung analisis. Penelitian ini mengambil tiga subjek, satu informan kunci, empat informan utama, dan tiga informan tambahan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan di Desa Maron terdiskriminasi oleh laki-laki dalam konstruksi gender (budaya patriarki). Dalam analisis perbandingan waktu penggunaan sungai, perempuan lebih sedikit menggunakan sungai daripada laki-laki tetapi paling banyak mengandung resiko sebab ada kegiatan-kegiatan yang mpembuat sungai tercemar oleh unsur-unsur kimia. Perempuan disalahkan begitu saja oleh laki-laki ( blamed to the victim ) sebab perempuan masih terkungkung dalam budaya patriarki. Simbol-simbol dari kata tabu, tradisi, serta rasa takut akan ganjaran neraka dari Tuhan seringkali terlontar dari diri perempuan. Sehingga sarannya posisi perempuan dalam penggunaan sungai bisa dijadikan media dekonstruksi budaya patriarki untuk menghindari bentuk diskriminasi lebih lanjut.