Studi Fenomenologi tentang Persepsi Orang Tua terhadap Perkawinan Dini di Desa Jabung
Main Author: | AstriPangastuti |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2010
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/119866/1/051003287.pdf http://repository.ub.ac.id/119866/ |
Daftar Isi:
- Penelitian ini membahas konstruksi sosial atas persepsi orang tua tentang perkawinan dini dan faktor yang melatarbelakangi konstruksi tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui konstruksi sosial atas persepsi orang tua tentang perkawinan dini dan faktor yang melatarbelakangi konstruksi sosial atas persepsi. Manfaat dari penelitian ini sebagai bahan kajian dalam ranah sosiologi keluarga dan psikologi sosial berkaitan dengan persepsi orang tua terhadap perkawinan dini dimana persepsi ini kemudian dilihat dari sudut pandang konstruksi sosial Berger. Penelitian ini menggunakan sudut pandang konstruksi sosial dimana peneliti mengetahui proses terbentuknya persepsi orang tua terhadap perkawinan dini melalui proses eksternalisasi-objektivasi-internalisasi. Dalam konstruksi sosial Berger, ketiga proses tersebut berlangsung secara kontinu sehingga melahirkan dinamika realitas objektif dan realitas subjektif di dalam kesadaran individu (orang tua) dan membentuk sebuah konstruk yang dalam hal ini adalah persepsi itu sendiri. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Dengan teknik purposive sampling , peneliti mengambil tiga subjek utama penelitian serta empat subjek pendukung. Hasil penelitian ini menemukan bahwa persepsi orang tua tentang perkawinan dini merupakan konstruksi sosial melalui proses internalisasi, eksternalisasi dan objektivasi orang tua sebagai individu terhadap nilai-nilai masyarakat berkaitan dengan pergaulan remaja, pemilihan jodoh hingga masalah perkawinan. Menghasilkan pengetahuan bahwa kebiasaan mengawinkan anak di usia dini merupakan tindakan paling tepat untuk mengontrol pergaulan anak agar tidak mencemarkan nama baik keluarga maupun masyarakat. Ketiga proses tersebut dilatarbelakangi faktor persepsi terhadap ekonomi, pendidikan, pengasuhan antara anak laki-laki dan perempuan serta faktor motivasi pribadi. Dalam internalisasinya kemudian orang tua mengalami penyesalan dan kekhawatiran setelah melihat kondisi anak setelah menjalani kehidupan perkawinannya. Perasaan tersebut melahirkan nilai baru yang memperkaya stok pengetahuan yang telah ada dalam kesadaran individu sehingga bisa disosialisasikannya ke generasi selanjutnya atau kepada anak yang lain.