Pola Hubungan antar Kelompok Etnik di Daerah Perkotaan (Studi Masalah Pola Hubungan dan Perubahannya pada Aspek Sosial, Ekonomi dan Agama di Kelurahan Pulopancikan Kabupaten Gresik Jawa Timur)
Main Author: | Nazikhah |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2009
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/119839/1/050903690.pdf http://repository.ub.ac.id/119839/ |
Daftar Isi:
- Penelitian ini mengkaji realitas sosial di masyarakat, yang berkaitan dengan interaksi antar etnik di Kelurahan Pulopancikan. Sebagai daerah pesisir, tidak mengherankan jika di Kelurahan Pulopancikan terjadi pembauran antar etnik. Pada umumnya mereka berlayar ke Gresik untuk berdagang, namun akhirnya menetap dan menciptakan satu perkampungan sendiri-sendiri. Berdasarkan hal itu, penelitian ini mencoba untuk membatasi keragaman etnik tersebut hanya pada interaksi antara etnik Jawa, etnik keturunan Arab dan peranakan Tionghoa. Dari fenomena tersebut dapat diambil sebuah rumusan masalah tentang pola hubungan antar etnik pada aspek sosial, ekonomi dan agama serta perubahannya. Peneliti menganalisis permasalahan di atas dalam kerangka teori sebagai berikut: teori interaksi sosial oleh George Simmel, digunakan sebagai pisau analisis utama. Karena dengan teori ini peneliti dapat menganalisis interaksi antar etnik di media/arena interaksi, seperti: lingkungan tempat tinggal, institusi pendidikan, pasar dan tempat peribadatan. Kedua adalah teori pranata sosial yang diambil dari pemikiran George H Mead, digunakan untuk menganalisis tingkah laku etnik yang beranekaragam di dalam masyarakat. Sedangkan teori modal sosial yang dikutip oleh Fukuyama digunakan untuk menganalisis tingkat kepercayaan, jaringan, solidaritas dalam berinteraksi antar etnik. Untuk mengelaborasi teori dengan realitas yang ada, maka peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Dari hasil analisis diperoleh bahwa penelitian ini memposisikan pasar sebagai media utama terjadinya interaksi antar etnik. Pasar menjadi dominan karena interaksi antar etnik terutama keturunan Arab dan peranakan Tionghoa yang cenderung tertutup di lingkungan tetangga. Meskipun terdapat kecenderungan tertutup, namun interaksi antar etnik di lingkungan tetangga tetap terjadi meski hanya sebatas bertegur sapa. Sikap etnik keturunan Arab dan peranakan Tionghoa yang tertutup di lingkungan tetangga memicu munculnya sikap pasif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan kerukunan untuk kepentingan bersama. Dalam aktifitas keagamaan, etnik Jawa dan keturunan Arab mayoritas memiliki keyakinan yang sama, namun terjadi gap di antara mereka. Etnik keturunan Arab merasa keIslaman mereka yang paling benar dan menganggap keIslaman etnik Jawa setengah-setengah karena menganut Islam kejawen . Kelurahan Pulopancikan meski memiliki keragaman etnik, namun mereka mengalami pembauran, salah satunya dapat dilihat dari perubahan penggunaan bahasa sehari-hari, yaitu bahasa Indonesia bahkan bahasa Jawa.