Pengembangan Potensi Wisata Puncak B29 Berbasis CBT (Community Based Tourism) (Studi pada Desa Argosari Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang)

Main Author: Lupitasari, AmandaKiki
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/119626/
Daftar Isi:
  • Pariwisata di Indonesia memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan Negara. Adanya peran pemerintah dalam pengembangan pariwisata bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Usaha dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat berdasarkan pada dimensi CBT (Community Based Tourism). CBT merupakan pendekatan yang menekankan pada masyarakat lokal. Pariwisata di Indonesia khususnya di Provinsi Jawa Timur salah satunya adalah objek wisata puncak B29 yang terletak di Desa Argosari Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang yang dalam pengembangannya dikelola oleh masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengembangan potensi wisata puncak B29 berbasis CBT, serta faktor pendukung dan penghambat. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian ini adalah di Kabupaten Lumajang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, wawancara dan observasi. Instrumen yang digunakan adalah peneliti sendiri, pedoman wawancara, buku catatan, alat perekam dan kamera. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model interaktif Miles, Huberman dan Saldana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pengembangan potensi wisata puncak B29 berbasis CBT terdiri dari 5 dimensi yaitu 1) dimensi ekonomi yang meliputi dana pengembangan komunitas, terciptanya lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan; 2) dimensi lingkungan dengan adanya penerapan sistem panen-tanam dan pengaturan pembuangan sampah; 3) dimensi budaya yang dapat dilihat dari tata cara adat berpakaian, kesenian dan peninggalan bersejarah; 4) dimensi sosial yang meliputi pembagian peran adil antara laki-laki dan perempuan; dan 5) dimensi politik yang dapat dilihat dari partisipasi masyarakat dan peran komunitas yang luas. Pengembangan potensi wisata puncak B29 kurang optimal dikarenakan adanya pembangunan yang lambat, kurangnya kesadaran masyarakat baik dari pengelola sendiri seperti adanya kecurangan yang dilakukan para penyedia jasa ojek yang memberikan tarif di atas harga yang sudah ditentukan, maupun pengunjung yang kurang menjaga kebersihan lingkungan sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan. Hal tersebut menjadi faktor penghambat dalam pengembangan wisata puncak B29. Saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan faktor penghambat yaitu: perlu adanya koordinasi antara DISBUDPAR dan POKDARWIS, adanya sanksi tegas kepada pelaku jasa ojek yeng memberikan tarif di atas harga yang ditentukan, perlu adanya petunjuk teknis terkait dengan tarif dan fungsi lokasi rest area 1 & 2, perlu adanya pengelolaan area perkir dan perlu adanya pembekalan terkait dengan keterampilam kerajian tangan khas wisata puncak B29