Implementasi Program Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila (Studi Pada Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Kediri)
Main Author: | Fahmi, Abdullah |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/119352/1/pdf_fahmi.compressed.pdf http://repository.ub.ac.id/119352/ |
Daftar Isi:
- Menurut Undang-Undang (UU) nomor 11 Tahun 2009 pada bab 1 pasal 1 ayat 1 yang menjelaskan, Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Permasalahan yang terjadi di Jawa Timur merupakan permasalahan kesejahteraan masyarakat yang tidak merata. Sebagai Provinsi yang memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di pulau Jawa, Pemerintah Provinsi Jatwa Timur (Pemprov Jatim) mencoba meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di Jatim dengan berbagai kebijakan dan program yang ada di daerah. Terbukti dengan adanya data dari dinas sosial Provinsi Jatim yang menjelaskan bahwa angka penyandang permasalahan kesejahteraan sosial (PMKS) mengalami penurunan. Salah satu permasalahan kesejahteraan di Jatim yang mendapatkan sorotan oleh Pemprov Jatim ialah kemunculan wanita tuna susila (WTS) atau wanita penjual diri. Istilah nama WTS mengalami berbagai pergantian. Dahulu wanita yang menjual dirinya disebut dengan sebutan pelacur. Seiring berjalanya waktu Pemerintah mengganti sebutan pelacur dengan sebutan wanita tuna susila (WTS). Kemunculan WTS di Provinsi Jatim termasuk dalam salah satu penyimpangan yang dilakukan oleh masyarakat Jatim. Melihat kondisi tersebut, Pemerintah Provinsi Jatim bergerak cepat dengan mendeklarasikan kebijakan Provinsi Jatim bebas lokalisasi pada tahun 2015. Kebijakan tersebut membuat lokalisasi ditutup, dan WTS beralih tempat dengan membuka praktek ke panti pijat dan warung remang-remang. Hal itu membuat Pemrov Jatim mengacu pada Peraturan Gubernur Nomor 119 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Cara Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur. Peraturan tersebut menjelaskan tata kerja UPT dibawah naungan dinas sosial Provinsi Jatim. Satu diantaranya ialah mengatur UPT yang memberikan rehabilitasi pada WTS. UPT yang memberikan fasilitas rehabilitasi pada WTS ialah UPT rehabilitasi sosial tuna susila (RSTS) Kediri. Dalam UPT RSTS tersebut memiliki program pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna susila (Sumber: Powerpoint draft rancangan rencana strategis dinas sosial Provinsi Jatim tahun 2014-2019). Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan hanya dibatasi oleh dua fokus penelitian, yaitu (1) Implementasi program pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna susila di UPT RSTS Kediri dan (2) Faktor pendukung dan penghmbat implementasi program pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna susila di UPT RSTS Kediri. Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder. Sedangkan analisa data yang digunakan adalah analisa data deskriptif, dengan melalui proses data collection, data condensation, data display, dan conclusion. Implementasi program pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna susila di UPT RSTS Kediri dalam pelaksanaanya memiliki delapan proses kegiatan dalam program pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna susila. Delapan kegiatan tersebut ialah pendekatan awal dan penerimaan klien, assesment, bimbingan, resosialisasi, penyaluran, bimbingan lanjut, evaluasi, dan pengakhiran. Sasaran dalam program pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna susila ialah wanita tuna susila (WTS) hasil razia dinas sosial kota dan kabupaten di daerah masing-masing. Partisipasi instruktur dan klien dalam program pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna susila di UPT RSTS dinilai tinggi. Hal itu didukung oleh dokumen absensi kehadiran klien dan instrultur yang penuh pada bulan Mei. Tujuan dalam program pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna susila di UPT RSTS Kediri ialah mengembalikan nilai sosial dan rasa percaya diri klien sehingga mampu bertanggung jawab atas dirinya dan keluarga. Manfaat yang diperoleh klien dalam program pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna susila terbagi menjadi tiga manfaat. Manfaat jangka pendek berupa penyaluran yang masih belum effektive. Manfaat jangka menengah klien mampu membuka usaha dengan modal yang telah dimiliki berupa alat dan ketrampilan yang mempuni. Manfaat jangka panjang yaitu klien mampu diterima kembali oleh masyarakat. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi berupa faktor pendukung dan faktor penghambat. Pendukung dalam program pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna susila di UPT RSTS Kediri ialah peran DINSOS seluruh Jawa Timur, Keuangan program pelayanan dan rehabillitasi yang tidak pernah terlambat, Fasilitas yang memadai, dan sumber daya manusia yang handal. Sedangkan penghambat dalam program pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna susila di UPT RSTS Kediri terdiri dari tiga penghambat yaitu rendahnya pendidikan klien, penyakit yang diderita klien, klien merindukan keluarganya