Daftar Isi:
  • Konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia saat ini sebesar 4,19 g/kapita/hari. Angka tersebut masih dibawah standart konsumsi protein hewani yang ditetapkan FAO (Food Agricultural Organization) yaitu minimal sebesar 6 g/kapita/hari. Ayam pedaging berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia sebesar 84,4%. Pakan merpakan faktor terbesar yang memiliki kontribusi 60-70% dari total biaya produksi dalam dalam usaha peternakan khususnya ayam pedaging. Pakan ternak cenderung memiliki harga yang terus meningkat sementara produksi bersifat fluktuatif sehingga peternak berupaya untuk meningkatkan efisiensi pakan. Pemberian aditif pakan (feed additive) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi pakan. Probiotik merupakan aditif pakan yang sudah banyak digunakan untuk memperbaiki kecernaan pakan pada ternak terutama ayam pedaging salah satu nya adalah Lactobacillus sp. Pemberian Lactobacillus sp dapat membantu dalam pencernaan dan penyerapan zat makanan serta mengontrol ekosistem dalam saluran pencernaan dengan menekan mikroorganisme patogen. Buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) berfungsi sebagai acidifier alami karena banyak mengandung asam organik. Asam organik berfungsi untuk menurunkan pH saluran pencernaan, memberikan fasilitas serta kondisi optimal untuk perkembangan mikroorganisme serta meningkatkan pertumbuhan bakteri asam laktat (BAL) yang memberikan kontribusi terhadap proses pencernaan. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian terkait penambahan kombinasi probiotik dan sari belimbing wuluh sebagai aditif terhadap penampilan produksi ayam pedaging. Penelitian ini dilaksanakan di peternakan milik bapak Heru yang berlokasi di Dusun Kaliurip, Desa Kalipuro, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto mulai tanggal 19 Januari – 22 Ferbruari 2018. Materi penelitian ini menggunakan 100 ekor ayam pedaging strain Cobb 500. Kandang yang digunakan dibagi menjadi 20 petak, setiap petak berisi 5 ekor ayam dengan ukuran petak 100 x 70 x 50 cm. Pakan menggunakan pakan komersial ayam pedaging starter dan finisher. Air minum diberikan ad libitum dan terkontrol. Aditif yang digunakan adalah Probiotik merek Lactobacillus plus dan sari belimbing wuluh. Metode penelitian dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakukan 4 ulangan yaitu P0: PB 100%, P1: PB + 2% SBW, P2: PB + 0,4% Probiotik + 2% SBW, P3: PB + 0,6% Probiotik + 2% SBW, P4: PB + 0,8% Probiotik + 2% SBW. Pemberian SBW dalam air minum. Variabel yang diamati yaitu konsumsi pakan, konsumsi air minum, pertambahan bobot badan, konversi pakan, dan Income Over Feed Cost (IOFC). Analisis data menggunakan analisis ragam dan uji jarak berganda Duncan’s Hasil penelitian dari kombinasi penggunaan probiotik dan sari belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) sebagai aditif berpengaruh nyata terhadap penampilan produksi ayam pedaging menunjukkan nilai rata-rata konsumsi pakan ayam pedaging menghasilkan nilai tertinggi hingga terendah adalah P2 (3147,45 ± 62,18) g/ekor, P3 (3085,48 ± 35,63) g/ekor, P4 (3061,61 ± 96,10) g/ekor, P1 (2983,94 ± 94,34) g/ekor, P0 (2986,28 ± 83,76) g/ekor. Hasil analisis pada konsumsi pakan kumulatif ayam pedaging menunjukkan bahwa penambahan probiotik dalam pakan memberikan perbedaan yang nyata (P<0,05). Nilai rata-rata konsumsi air minum ayam pedaging menghasilkan nilai tertinggi hingga terendah secara berturut-turut adalah P2 (6109,83 ± 166,86) ml/ekor, P1 (5959,60 ± 276,67) ml/ekor, P3 (5942,45 ± 460,86) ml/ekor, P4 (5855,43 ± 48,86) ml/ekor, P0 (5774,05 ± 327,32) ml/ekor. Hasil analisis pada konsumsi air minum kumulatif ayam pedaging menunjukkan bahwa penambahan sari belimbing wuluh dalam air minum tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Nilai rata-rata pertambahan bobot badan ayam pedaging menghasilkan nilai tertinggi hingga terendah adalah P2 (1886,58 ± 56,46) g/ekor, P3 (1850,75 ± 99,51) g/ekor, P4 (1838,20 ± 100,28) g/ekor, P1(1776,78 ± 72,61) g/ekor, P0 (1576,34 ± 92,17) g/ekor. Hasil analisis pada pertambahan bobot badan ayam pedaging menunjukkan bahwa penambahan probiotik dalam pakan dan sari belimbing wuluh dalam air minum berpengaruh sangat nyata (P<0,01). Nilai rata-rata konversi pakan menghasilkan nilai tertinggi hingga terendah adalah P0 (1,679 ± 0,04), P1 (1,535 ± 009), P2 (1,530 ± 0,02), P3 (1,529 ± 0,10), P4 (1,527 ± 0,07). Hasil analisis pada konversi ayam pedaging menunjukkan bahwa penambahan probiotik dalam pakan dan sari belimbing wuluh dalam air minum berpengaruh nyata (P<0,05). Nilai rata-rata income over feed cost pada ayam pedaging menghasilkan nilai tertinggi hingga terendah secara berturut turut adalah P1 (12840,59 ± 1499,9) Rp/ ekor, P2 (12339,69 ± 339,15) Rp/ekor, P3 (11731,4 ± 1938,6) Rp/ ekor, P4 (1089,00 ± 1432,9) Rp/ekor, P0 (9269,49 ± 1771,51) Rp/ ekor. Hasil analisis statistik income over feed cost ayam pedaging menunjukkan bahwa pemberian kombinasi probiotik dan sari belimbing wuluh sebagai aditif berpengaruh nyata (P<0,05). Penambahan probiotik dan sari belimbing wuluh mampu meningkatkan penampilan produksi pada ayam pedaging. Perlakuan terbaik pada penambahan dengan 0,4% probiotik dan 2 % sari belimbing wuluh.